Seperti dilansir Reuters, Rabu (27/9/2017), rencana pemerintah Myanmar untuk mengambil alih dan membangun kembali desa-desa yang hangus terbakar, juga menuai kekhawatiran akan praktik pembersihan etnis. Myanmar menyalahkan militan Rohingya di balik pembakaran desa-desa itu.
"Menurut hukum yang berlaku, tanah yang terbakar menjadi tanah yang dikelola pemerintah," tutur Menteri Permukiman, Pemulihan dan Pembangunan Sosial Myanmar, Win Myat Aye, dalam rapat di Sittwe, Rakhine, seperti dikutip surat kabar Global New Light of Myanmar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Win Myat Aye juga memimpin komisi yang bertugas menerapkan rekomendasi penyelesaikan konflik komunal di Rakhine. Dengan mengutip undang-undang penanggulangan bencana, Win Myat Aye menyatakan upaya pembangunan kembali akan 'sangat efektif'. Undang-undang itu menyatakan, pemerintah harus mengawasi proses rekonstruksi di area-area yang hancur akibat bencana, termasuk konflik.
Tidak disebutkan lebih lanjut soal rencana maupun akses seperti apa yang bisa didapatkan warga Rohingya yang kembali dari pengungsian di luar negeri. Win Myat Aye tidak memberikan komentar lebih lanjut.
Kelompok-kelompok HAM menggunakan citra satelit untuk menunjukkan bahwa separuh dari 400 desa-desa Rohingya di Rakhine bagian utara telah hangus dibakar selama konflik kembali pecah sejak 25 Agustus lalu. Sejauh ini sekitar 480 ribu warga Rohingya telah mengungsi ke Bangladesh.
Para pengungsi yang telah tiba di Bangladesh menyalahkan militer Myanmar dan warga Buddha sebagai dalang pembakaran desa-desa di Rakhine itu.
Otoritas Myanmar menolak tudingan PBB, bahwa militer negara itu melakukan praktik pembersihan etnis terhadap Rohingya dalam operasi militer di Rakhine. Operasi militer itu menindaklanjuti serangan militan Rohingya pada 25 Agustus terhadap puluhan pos polisi dan pangkalan militer Myanmar.
Pemerintah Myanmar menyatakan separuh desa-desa Rohingya di Rakhine ditinggalkan warganya dan menyalahkan militan Rohingya atas aksi pembakaran dan penyerangan terhadap warga sipil. Menurut Myanmar, nyaris 500 orang tewas dalam bentrok sejak 25 Agustus, dengan 400 orang di antaranya adalah militan.
(nvc/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini