Hak-hak ratusan ribu warga Muslim Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar kini dipertanyakan setelah seorang menteri senior Bangladesh menyatakan mereka tidak akan diberi status pengungsi resmi.
Pemerintah Bangladesh telah melakukan pendataan ratusan ribu pendatang baru di tengah kekhawatiran terjadinya radikalisasi di dalam kamp penampungan.
Sekitar 430.000 warga Rohingya tiba di Bangladesh dalam sebulan terakhir. Mereka melarikan diri dari apa yang oleh PBB disebut sebagai pembersihan etnis oleh militer sebagai pembalasan atas serangan gerilyawan Rohingya bulan lalu.
Mereka diterima untuk saat ini, namun Pemerintah Bangladesh telah mengatakan tidak menginginkan mereka tinggal, meskipun sejumlah kelompok HAM dan PBB menyatakan para bahwa mereka sudah berstatus pengungsi berdasarkan hukum internasional.
Kebanyakan warga Rohingya yang baru tiba tidak memiliki dokumen apa pun dan terpaksa menunggu berhari-hari di bawah panas matahari untuk mendapatkan legitimasi.
"Saya datang setiap hari di sini selama delapan hari terakhir dan kembali banyaknya orang," kata seorang warga Rohingya, Sami Ulluh.
Pada pria usia 29 tahun tiba di antrian depan, dia sudah menunggu lima jam lamanya, padahal sudah datang lebih awal untuk mengantri.
Dia ditanyai pertanyaan dasar tentang keluarganya, waktu dia melarikan diri dan desa asalnya.
Di dalam ruangan, dia kemudian difoto dan diambil sidik jarinya.

Pengungsi Rohingya diambil sidik jarinya di penampungan pengungsi di Bangladesh. (ABC News: Som Patidar)
Dua puluh menit kemudian seorang penjaga perbatasan Bangladesh memanggil namanya dan memberinya kartu yang telah dilaminasi.
Di luar, dia menunjukkan dengan bangga kartunya itu tapi mengakui bahwa dia tidak begitu yakin apa nilai kartu ini.
"Pihak berwenang mengatakan 'ambil kartu ini, akan bermanfaat bagimu'," ujarnya.
Pihak berwenang mengatakan kartu itu memberinya bukti siapa dirinya dan akses terhadap jatah bantuan, namun dia tidak pasti.
PBB:Rohingya harus dilindungiMeski negara kecil dan miskin, Bangladesh secara tradisional menerima pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar.

Pengungsi Rohingya mengantri untuk didaftar di penampungan pengungsi di Bangladesh. (ABC News: Som Patidar)
Sekitar 300.000 orang diperkirakan berada di negara ini sebelum eksodus terbaru dan terbesar saat ini.
Pada hari Minggu kemarin, kepada pers seusai rapat kabinet bidang hukum dan ketertiban, Menteri Perindustrian Bangladesh Amir Hossain Amu mengatakan warga ahwa Rohingya tidak akan dinyatakan sebagai pengungsi.
"Saat ini, kami belum punya rencana untuk memberikan status pengungsi kepada warga Rohingya," katanya.
Namun menurut komisaris tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengungsi Fillipo Grandi, di bawah aturan hukum internasional warga Rohingya harus dilindungi.
"Orang yang melarikan diri dari kekerasan, yang berada dalam kondisi dimana mereka telah melarikan diri, adalah pengungsi," katanya.
Menurut direktur program pengungsian Human Rights Watch, Bill Frelick, negara-negara miskin yang berada di sekitar negara yang menghasilkan arus pengungsi dalam jumlah besar masih memiliki kewajiban.
"Bahkan jika mereka belum menandatangani konvensi pengungsi, mereka berkewajiban berdasarkan apa yang disebut hukum kebiasaan internasional. Mereka berkewajiban untuk tidak mengusir orang kembali ke tempat dimana mereka akan menghadapi bahaya serius," katanya.
Pemerintah Bangladesh memang memiliki tujuan lain dalam mengumpulkan data warga Rohingya ini.

Pemerintah Bangladesh mendaftar para pengungsi Rohingya. (ABC News: Som Patidar)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah tokoh pemerintah telah menyatakan keprihatinannya tentang radikalisasi di kamp-kamp pengungsian sehingga pendaftaran ini sekaligus menjadi kesempatan mengumpulkan informasi.
"Alasan di balik proses biometrik adalah membuat catatan tentang warga Rohingya. Kami ingin mereka kembali ke tempatnya masing-masing," kata Amu.
Warga Rohingya Sami Ulluh mengatakan bahwa dia dengan senang hati akan kembali, hanya jika Myanmar menjamin adanya perdamaian dan keamanan.
Tampaknya saat ini prospeknya sangat jauh.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.
(ita/ita)