PM India Pahami Kekhawatiran Myanmar Soal Ekstremis di Rakhine

PM India Pahami Kekhawatiran Myanmar Soal Ekstremis di Rakhine

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 06 Sep 2017 15:36 WIB
PM India Narendra Modi dan Aung San Suu Kyi dalam konferensi pers di Naypyitaw (REUTERS/Soe Zeya Tun)
Yangon - Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengaku memahami kekhawatiran Myanmar soal 'kekerasan ekstremis' di Rakhine. PM Modi mengharapkan krisis di Rakhine bisa diselesaikan dengan solusi yang dihormati semua pihak.

Seperti dilansir Reuters, Rabu (6/9/2017), hal ini disampaikan PM Modi saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Myanmar dan menemui pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi. Selain membahas soal hubungan bilateral kedua negara, kunjungan ini juga membahas krisis Rohingya di Rakhine.


Myanmar tengah berada di bawah tekanan internasional setelah sedikitnya 123.600 warga Rohingya melarikan diri dari konflik di Rakhine. Konflik kembali pecah setelah pada 25 Agustus, militan Rohingya atau ARSA menyerang puluhan pos kepolisian dan sebuah markas militer Myanmar. Serangan itu memicu digelarnya operasi militer Myanmar di Rakhine yang telah menewaskan 400 orang dan memicu eksodus warga Rohingya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Operasi militer itu dilaporkan sarat kekerasan. Berbagai keterangan pengungsi Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh menyebut militer Myanmar mendalangi pembunuhan keji dan pembakaran rumah-rumah warga sipil. Otoritas Myanmar menolak tudingan itu dan menyalahkan militan Rohingya. Otoritas Myanmar juga menegaskan bahwa tentara dan personel kepolisian mereka melakukan operasi memerangi teroris di Rakhine secara legal.


Sama seperti Myanmar, kebanyakan wilayah India yang mayoritas penduduknya menganut Hindu ini, selama bertahun-tahun menghadapi serangan berbagai militan lokal. PM Modi menyatakan India dan Myanmar memiliki kepentingan keamanan yang sama.

"Kami berbagi kekhawatiran Anda soal kekerasan ekstremis di negara bagian Rakhine dan khususnya soal kekerasan terhadap pasukan keamanan dan bagaimana nyawa-nyawa tak bersalah terkena dampaknya," ucap PM Modi dalam konferensi pers bersama Suu Kyi di Naypyitaw.

"Kami berharap agar semua pemangku kepentingan bersama-sama mencari jalan keluar, dengan kesatuan dan integritas wilayah Myanmar tetap dihormati dan pada saat bersamaan, kita bisa mewujudkan perdamaian, martabat keadilan dan nilai-nilai demokrasi bagi semuanya," imbuhnya, sembari mengharapkan krisis Rohingya bisa diselesaikan dengan solusi yang dihormati oleh seluruh pihak.


Dalam konferensi pers yang sama, Suu Kyi mengucapkan terima kasih atas dukungan India dalam menyikapi serangan terhadap Myanmar. "Kami ingin berterima kasih kepada India, khususnya untuk posisi kuatnya dalam menanggapi ancaman teroris yang mendatangi negara kami sejak beberapa minggu lalu. Kami meyakini bahwa bersama kita bisa memastikan terorisme tidak diizinkan mengakar di tanah kita," tegas Suu Kyi.

Perlu diketahui bahwa pemerintahan PM India memiliki posisi kuat terhadap aliran pengungsi Rohingya ke wilayahnya. Bulan lalu, pemerintahan PM Modi mengancam akan mendeportasi 40 ribu pengungsi Rohingya dari wilayahnya, yang disebut tinggal secara ilegal. Dari jumlah yang terancam dideportasi itu, terdapat sekitar 16 ribu orang yang terdaftar secara resmi sebagai pengungsi oleh PBB. Namun India tidak peduli dengan status itu.

(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads