Maduro berniat membentuk Dewan Konstituen yang merupakan badan rakyat dengan 545 anggota, yang bertugas menyusun kembali Konstitusi Venezuela. Pemilu yang digelar 30 Juli kemarin, bertujuan untuk memilih anggota-anggota Dewan Konstituen. Pembentukan Dewan Konstituen menuai kecaman. Dengan Dewan Konstituen, Maduro dicurigai berencana menyingkirkan legislatif.
AS menyebut pemilu 30 Juli itu sebagai pemilu penuh 'kepura-puraan'. Seperti dilansir CNN, Selasa (1/8/2017), kebanyakan warga Venezuela menyebut hasil pemilu 30 Juli itu sebagai 'serangan terhadap demokrasi'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dimulai Senin (31/7), seluruh aset milik Maduro yang menjadi subjek yurisdiksi AS akan dibekukan. Seluruh warga negara AS juga dilarang melakukan transaksi bisnis dengan Maduro. Tidak diketahui pasti, aset apa saja dan berapa banyak aset yang dimiliki Maduro di AS. Mnuchin menolak menyebut rincian soal aset-aset Maduro.
Juru bicara Departemen Keuangan AS menegaskan, tidak ada warga AS yang bisa melakukan bisnis dengan individu yang terkena sanksi, dan individu yang terkena sanksi tidak mendapat akses pada sistem finansial dan komersial AS.
Meskipun individu yang diberi sanksi tidak memiliki rekening bank di AS, pemberlakuan sanksi seringkali mengganggu kemampuan individu itu dalam melakukan transaksi perbankan atau bisnis internasional. Selain Maduro, Presiden Suriah Bashar al-Assad dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un juga telah dijatuhi sanksi oleh AS.
Menanggapi sanksi AS itu, Maduro memberikan reaksi keras. Dia menghina Trump dengan menyinggung kemenangannya dalam pilpres 2016, meskipun kalah jumlah suara populer dari rivalnya, Hillary Clinton.
"Saya tidak menerima perintah dari kekaisaran. Simpan saja sanksi-sanksimu, Donald Trump! Di Amerika Serikat, dimungkinkan untuk menjadi presiden dengan memperoleh jumlah 3 juta suara lebih sedikit dari lawan Anda. Sungguh demokrasi yang luar biasa!" ejek Maduro. Dia merujuk pada perolehan suara populer Hillary yang lebih banyak 3 juta suara dari Trump.
Maduro menyebut sanksi-sanksi AS itu menunjukkan 'keputusasaan' dan 'kebencian' Trump pada pemerintahan sosialis Venezuela.
(nvc/ita)