Seperti dilansir Reuters, Kamis (6/7/2017), Perkasa yang merupakan organisasi muslim dengan 700 ribu anggota menyatakan setuju dengan seruan Muhammadiyah Indonesia untuk memboikot Starbucks yang pro-LGBT. Perkasa selama ini banyak membela hak-hak etnis Melayu muslim di Malaysia.
Dalam pernyataannya, Perkasa juga menyatakan sepakat dengan seruan Muhammadiyah untuk mencabut izin operasional Starbucks.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keberatan kami adalah karena mereka mendukung sesuatu yang melawan insting manusia, melawan perilaku manusia dan melawan agama. Itulah mengapa kami menentangnya," tutur Amini kepada Reuters dalam wawancara pada Rabu (5/7) waktu setempat.
Belum ada komentar dari Starbucks Malaysia terkait hal ini.
Seruan Muhammadiyah untuk memboikot Starbucks disampaikan akhir Juni lalu. Ketua Bidang Ekonomi Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Anwar Abbas, menyatakan boikot itu sebagai bentuk protes terhadap pernyataan CEO Starbucks, Howard Schultz, yang mendukung pernikahan sejenis.
"Sudah saatnya pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk mencabut izin Starbucks di Indonesia karena ideologi bisnis dan pandangan hidup yang mereka dukung dan kembangkan jelas-jelas tidak sesuai dan sejalan dengan ideologi bangsa kita yaitu Pancasila," ujar Anwar Abbas dalam keterangannya, Jumat (30/6) lalu.
"Dari beberapa media diketahui bahwa sikap dari Howard Schultz CEO Starbucks jelas-jelas sangat mendukung gerakan gay atau LGBT," sambungnya.
Menanggapi seruan itu, PT MAP Boga Adiperkasa Tbk selaku pemegang lisensi Starbucks di Indonesia, menegaskan bahwa pihaknya menjalankan bisnis secara independen. Pihaknya juga akan menghargai hukum dan budaya yang berlaku di Indonesia.
"Pada dasarnya kami selalu mengikuti hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia, serta menghargai pertimbangan budaya lokal. Sebagai informasi bahwa kami adalah perusahaan Indonesia yang mengoperasikan lisensi gerai Starbucks di Indonesia secara independent," kata Direktur MAP Boga Adiperkasa Fetty Kwartati kepada detikFinance, Minggu (2/7).
Seruan boikot Starbucks ini terlebih dulu ramai di Indonesia. Pangkalnya adalah isu yang disebar oleh sebuah media yang menamakan dirinya 'Washington Press'. Media tersebut menyebut CEO Starbucks meminta para investor menarik investasinya jika mereka tak mendukung pernikahan sejenis.
Sejumlah bantahan lalu muncul, Schultz dinyatakan tak pernah membuat pernyataan tersebut. Starbucks memang mendukung pernikahan sejenis, seperti sejumlah perusahaan besar lainnya, di antaranya Nike, Facebook, Google, Apple, dan Microsoft, namun tak pernah meminta investor menarik dana jika tak mendukung LGBT.
(nvc/tor)