Di Malaysia Juga Ada Seruan Boikot Starbucks

Di Malaysia Juga Ada Seruan Boikot Starbucks

Novi Christiastuti - detikNews
Kamis, 06 Jul 2017 20:00 WIB
Ilustrasi (The Sun)
Kuala Lumpur - Organisasi muslim ternama di Malaysia bergabung dengan Muhammadiyah Indonesia menyerukan pemboikotan Starbucks. Seruan ini untuk memprotes dukungan jaringan global waralaba Starbucks terhadap kelompok LGBT.

Seperti dilansir Reuters, Kamis (6/7/2017), Perkasa yang merupakan organisasi muslim dengan 700 ribu anggota menyatakan setuju dengan seruan Muhammadiyah Indonesia untuk memboikot Starbucks yang pro-LGBT. Perkasa selama ini banyak membela hak-hak etnis Melayu muslim di Malaysia.

Dalam pernyataannya, Perkasa juga menyatakan sepakat dengan seruan Muhammadiyah untuk mencabut izin operasional Starbucks.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amini Amir Abdullah, yang memimpin Biro Urusan Islamis Perkasa, menyatakan posisi Starbucks bertentangan dengan Konstitusi Malaysia, yang mengakui Islam sebagai agama resmi negara tersebut.

"Keberatan kami adalah karena mereka mendukung sesuatu yang melawan insting manusia, melawan perilaku manusia dan melawan agama. Itulah mengapa kami menentangnya," tutur Amini kepada Reuters dalam wawancara pada Rabu (5/7) waktu setempat.


Belum ada komentar dari Starbucks Malaysia terkait hal ini.

Seruan Muhammadiyah untuk memboikot Starbucks disampaikan akhir Juni lalu. Ketua Bidang Ekonomi Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Anwar Abbas, menyatakan boikot itu sebagai bentuk protes terhadap pernyataan CEO Starbucks, Howard Schultz, yang mendukung pernikahan sejenis.

"Sudah saatnya pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk mencabut izin Starbucks di Indonesia karena ideologi bisnis dan pandangan hidup yang mereka dukung dan kembangkan jelas-jelas tidak sesuai dan sejalan dengan ideologi bangsa kita yaitu Pancasila," ujar Anwar Abbas dalam keterangannya, Jumat (30/6) lalu.

"Dari beberapa media diketahui bahwa sikap dari Howard Schultz CEO Starbucks jelas-jelas sangat mendukung gerakan gay atau LGBT," sambungnya.


Menanggapi seruan itu, PT MAP Boga Adiperkasa Tbk selaku pemegang lisensi Starbucks di Indonesia, menegaskan bahwa pihaknya menjalankan bisnis secara independen. Pihaknya juga akan menghargai hukum dan budaya yang berlaku di Indonesia.

"Pada dasarnya kami selalu mengikuti hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia, serta menghargai pertimbangan budaya lokal. Sebagai informasi bahwa kami adalah perusahaan Indonesia yang mengoperasikan lisensi gerai Starbucks di Indonesia secara independent," kata Direktur MAP Boga Adiperkasa Fetty Kwartati kepada detikFinance, Minggu (2/7).

Seruan boikot Starbucks ini terlebih dulu ramai di Indonesia. Pangkalnya adalah isu yang disebar oleh sebuah media yang menamakan dirinya 'Washington Press'. Media tersebut menyebut CEO Starbucks meminta para investor menarik investasinya jika mereka tak mendukung pernikahan sejenis.

Sejumlah bantahan lalu muncul, Schultz dinyatakan tak pernah membuat pernyataan tersebut. Starbucks memang mendukung pernikahan sejenis, seperti sejumlah perusahaan besar lainnya, di antaranya Nike, Facebook, Google, Apple, dan Microsoft, namun tak pernah meminta investor menarik dana jika tak mendukung LGBT.

(nvc/tor)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads