Warmbier meninggal dunia pada Senin (19/6) waktu setempat, sekitar enam hari setelah dibebaskan Korut karena alasan kemanusiaan. Pemuda berusia 22 tahun ini dibebaskan dan dipulangkan ke AS dalam kondisi koma. Sebelumnya pada Maret 2016, dia divonis 15 tahun kerja paksa setelah dituduh mencuri slogan propaganda dari hotel tempatnya menginap, saat ikut tur ke Korut. Dia ditahan oleh Korut sejak Januari 2016.
Tim dokter AS yang memeriksa Warmbier menyatakan pemuda AS itu mengalami kerusakan otak parah. Penyebab koma Warmbier hingga kini masih misterius. Meskipun Korut menyebut Warmbier terkena botulisme, kondisi langka dan serius yang terjadi akibat racun yang dihasilkan bakteri Clostridium botulinum. Namun pemeriksaan tim dokter AS tidak menemukan tanda-tanda botulisme pada tubuh Warmbier.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu seharusnya tidak pernah dibiarkan terjadi. Dan jujur jika dia dibawa pulang lebih awal, saya pikir hasilnya akan jauh berbeda," imbuhnya dalam pernyataan yang bernada sindiran untuk pemerintahan AS sebelumnya yang dipimpin Obama.
Sebelumnya, ayah Warmbier, Fred, pernah mengkritik pemerintahan Obama karena dianggap tidak berbuat banyak untuk putranya. Fred mengakui pihak keluarga Warmbier malah diminta tidak banyak bicara ke media, demi menghindari menyinggung rezim Korut.
"Hasilnya tidak perlu dijelaskan," ucap Fred, pekan lalu.
Kepada keluarga Warmbier yang telah ditelepon Trump secara pribadi, Trump memuji mereka 'luar biasa atas apa yang telah dilalui'.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini