Lee Kuan Yew wafat pada tahun 2015 dalam usia 91 tahun. Seperti kebanyakan tokoh dunia lainnya, Lee Kuan Yew juga meninggalkan surat wasiat.
Mendiang Lee Kuan Yew ingin rumahnya di 38 Oxley Road dihancurkan dan tak perlu mendirikan monumen. Tapi inilah yang kemudian menyulut sengketa di antara anak-anaknya: Lee Hsien Loong, Lee Wei Ling dan Lee Hsien Yang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lee Hsien Loong kini menjabat sebagai Perdana Menteri menggantikan ayahnya. Tetapi Wei Ling dan Hsien Yang mulai tak memercayai saudaranya itu sebagai pemimpin negara.
![]() |
Wei Ling dan Hsien Yang menilai Perdana Menteri Hsien Loong akan mengeksploitasi peninggalan mendiang ayahnya demi kepentingan politik pribadi untuk membantu membangun politik dinasti. Maka itu Wei Ling dan Hsien Yang ingin agar wasiat mendiang ayahnya segera diwujudkan.
Sengketa di antara putra-putri Lee Kuan Yew dimulai tahun lalu. Saat itu merupakan peringatan satu tahun wafatnya Lee Kuan Yew.
Hingga akhirnya pada Rabu (14/6/2017) Wei Ling dan Hsien Yang mengeluarkan pernyataan bahwa mereka 'kehilangan kepercayaan atas saudara mereka sebagai pemimpin bangsa'. Mereka menuduh Perdana Menteri Hsien Loong tak menuruti keinginan ayahnya.
Sementara itu Perdana Menteri Hsien Loong mengaku bahwa sebetulnya dia ingin memenuhi wasiat ayahnya untuk menghancurkan rumah. Namun di sisi lain dirinya juga tak ingin menentang keputusan pemerintah atas rumah itu.
Dilansir Straits Times, Perdana Menteri Hsien Loong pernah berkata pada Parlemen Singapura pada 12 April 2015 bahwa ayahnya tahu bahwa publik ingin rumah atau bungalo di 38 Oxley Road itu diubah menjadi museum atau monumen tentangnya. Bungalo itu sudah ditinggali Lee Kuan Yew sejak tahun 1940. Tetapi Lee Kuan Yew ketika masih hidup sudah berwasiat agar rumahnya dihancurkan.
Baca juga: Sengketa Keluarga PM Singapura Marak Kembali |
Perdana Menteri Hsien Loong juga menyatakan bahwa ayahnya telah menolak gagasan untuk menjadikan rumahnya monumen. Menurutnya, Lee Kuan Yew telah banyak melihat rumah bekas tokoh dunia yang dibiarkan begitu saja dan terbengkalai. Lee Kuan Yew ingin rumahnya dihancurkan karena tak ingin menyusahkan rakyat Singapura.
Lee Wei Ling dan Lee Hsien Yang menyatakan, awalnya Perdana Menteri Hsien Loong setuju dengan wasiat Lee Kuan Yew, sang ayah. Namun Perdana Menteri Hsien Long lantas mengubah sikap.
Lee Wei Ling dan Lee Hsien Yang menuduh kakaknya yang kini menjadi orang nomor satu pemerintahan Singapura itu melakukan penyalahgunaan wewenang. Wei Ling dan Hsien Yang juga khawatir Perdana Menteri Hsien Loong akan menggunakan organ pemerintah untuk melawan mereka.
Mendapat tuduhan itu, Perdana Menteri Hsien Loong merasa kecewa terhadap kedua saudaranya yang mengumbar sengketa di hadapan publik. Perdana Menteri Hsien Loong pun membantah bahwa dia berniat menggunakan kewenangan demi agenda politik salah satu puteranya.
Straits Times juga menulis pada 16 Juni 2017 bahwa putra Perdana Menteri Hsien Long, Li Hongyi (30), mengaku tak tertarik terjun ke dunia politik. Li Hongyi kini menjabat sebagai Deputi Direktur Divisi Pelayanan Digital Data Sains Agensi Teknologi Pemerintah Singapura (Government Digital Services Data Science Division of the Government Technology Agency of Singapore).
Pernyataan Hongyi menyusul tudingan paman dan bibinya bahwa ayah dan ibunya hendak memanfaatkan peninggalan Lee Kuan Yew demi kepentingan politis. PM Lee dan istrinya, Ho Ching, dituding akan mengorbitkan ambisi politik anaknya itu.
"Ho Ching dan saya menolak tuduhan ini, terutama klaim absurd bahwa saya memiliki ambisi politik untuk anak laki-laki saya," kata Perdana Menteri Hsien Loong seperti ditulis Straits Times. (bag/fjp)