Seperti dilansir Reuters, Senin (5/6/2017), dalam pernyataannya pekan lalu, otoritas Qatar menyebut telah terjadi peretasan pada QNA. Insiden peretasan itu, disebut sumber pejabat Qatar dan seorang penegak hukum Amerika Serikat, masih terus diselidiki oleh otoritas Qatar dengan dibantu penyidik AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Arab Saudi dan Bahrain Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Qatar
Pernyataan itu memicu ketegangan antara Qatar dengan negara-negara Teluk Arab. Reuters menyebut, negara-negara Arab menolak penjelasan Qatar soal peretasan itu tersebut. Media-media lokal negara Teluk Arab malah 'menyerang' Emir Qatar dengan menyebutnya melunak terhadap Iran.
Secara terpisah, seorang pejabat Qatar yang enggan disebut namanya, menyatakan para pakar dari Biro Investigasi Federal Amerika Serikat, FBI tengah membantu penyelidikan yang digelar sejak Jumat (2/6) waktu setempat. Sumber ini menyebut, hasil penyelidikan akan dirilis ke publik begitu selesai.
"Hasil penyelidikan akan dirilis ke publik pekan ini," tutur sumber itu kepada Reuters, sembari menyebut ada dua negara lain yang membantu penyelidikan dugaan peretasan itu. Tidak disebut lebih lanjut negara mana yang dimaksud.
Baca juga: Ikuti Arab Saudi, Mesir dan UAE Juga Putus Hubungan dengan Qatar
Di AS, seorang penegak hukum AS mengkonfirmasi keberadaan tim FBI di Doha, Qatar. "Sedang bekerja bersama otoritas Qatar untuk menyelidiki dugaan insiden peretasan terhadap kantor berita nasionalnya," sebut penegak hukum AS yang enggan disebut namanya itu.
Hari ini sejumlah negara-negara Teluk Arab seperti Arab Saudi, Bahrain, Mesir dan Uni Emirat Arab (UAE) memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Ketegangan ini membangkitkan ingatan soal pertikaian tahun 2014, terkait tudingan bahwa Qatar mendukung gerakan Ikhwanul Muslimin dan mencampuri urusan negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). Baik Saudi maupun UAE yang sama-sama anggota GCC, telah menyatakan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.
(nvc/ita)