"Kami mewaspadai jumlah Organisasi Pelayanan Kesehatan (NHS) yang mendapat serangan ransomware, namun meyakininya bukan hanya menarget NHS. Ini adalah serangan internasional. Dan sejumlah organisasi maupun negara telah terdampak," ujar Perdana Menteri Britania Theresa May, seperti yang dilansir dari laman CNN, Jumat (12/5/2017).
Walau belum terkonfirmasi, namun data dari sebuh firma keamanan menyebut lebih dari 45 ribu komputer terinfeksi di 74 negara dalam waktu hanya 10 jam. Masalah muncul Jumat pagi ketika rumah sakit-rumah sakit di Inggris mendapat serangan siber skala besar yang mengakibatkan dibatalkannya pengerahan tenaga kesehatan dan pengalihan ambulans.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak mempunyai bukti bahwa data pesien telah terakses. Namun kami akan memastikannya," ujar salah seorang petugas NHS Digital.
Layaknya virus komputer pada umumnya, ransomware sering muncul di komputer dalam bentuk email phishing, spam, atau pembaruan perangkat lunak yang mirip aslinya. Penerima email kemudian mengeklik tautan atau membuka lampirannya. Virus itu kemudian mulai bekerja, mengenskripsi data si pengguna dan selanjutnya mengunci semua file.
Ketika komputer telah benar-benar terkunci, peretas meminta bayaran agar data dikembalikan. Jika permintaan tidak dipenuhi, maka sejumlah file akan dihapus. Jenis yang paling umum dari ransomware adalah paket malware atau program berbahaya yang dikenal dengan nama Cryptolocker. Menurut sejumlah pakar teknologi informasi, virus itu telah menjangkiti ratusan ribu komputer di seluruh dunia.
Sebelumnya pada 16 Februari lalu kejadian serupa juga pernah terjadi di Rumah Sakit Hollywood Presbyterian Medical Center, Amerika Serikat. Menurut sumber-sumber berita setempat, para peretas dilaporkan menuntut uang tebusan sebesar US$3,4 juta atau sekitar Rp 40 miliar. Jika uang tebusan itu dibayarkan, para peretas akan menyerahkan sandi-sandi untuk membongkar data yang dicuri. (nif/bag)