"Oleh karena itu, Inggris memiliki penilaian yang sama dengan Amerika Serikat bahwa sangat mungkin rezim (Suriah) bertanggung jawab atas serangan sarin di Khan Sheikhun pada 4 April lalu," ujar Duta Besar Inggris untuk PBB, Matthew Rycroft, kepada Dewan Keamanan PBB, seperti dilansir AFP, Kamis (13/4/2017).
"Sampel yang didapat dari Khan Sheikhun telah teruji positif mengandung gas saraf sarin atau zat semacam sarin," sebut Rycroft.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara terpisah, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vladimir Safronkov, meragukan temuan ilmuwan Inggris itu. Namun Safronkov mengaku 'heran' pada hasil kesimpulan Inggris ini.
"Tidak ada yang mengunjungi lokasi. Bagaimana Anda bisa tahu hal itu?" ucapnya.
Secara terpisah, hasil pemeriksaan post-mortem pada korban serangan kimia di Suriah yang dilakukan otoritas kesehatan Turki juga menyimpulkan penggunaan gas saraf sarin.
Baca juga: Trump Perintahkan Serangan ke Suriah Saat Makan Kue Cokelat
Hasil itu didasarkan pada analisis sampel darah dan urin dari korban tewas serangan kimia di Khan Sheikun, yang sempat dibawa ke Turki untuk menjalani perawatan medis. Tiga korban di antaranya meninggal di rumah sakit Turki.
Sedikitnya 87 orang, termasuk 31 anak-anak tewas akibat serangan kimia yang diduga didalangi rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad tersebut. Otoritas Rusia menyerukan penyelidikan menyeluruh oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) atas serangan kimia di Khan Sheikun yang dikuasai kelompok pemberontak itu.
Dalam voting Dewan Keamanan PBB yang digelar pada Rabu (12/4) waktu setempat, draf resolusi mengenai Suriah diveto oleh Rusia. Draf resolusi itu berisi kecaman terhadap dugaan serangan senjata kimia di Suriah serta desakan agar Damaskus bekerja sama dengan penyelidik. Safronkov berkilah bahwa draf resolusi yang diajukan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis itu sudah gagal sejak awal.
Baca juga: Rusia Veto Draf Resolusi Dewan Keamanan PBB Soal Suriah
(nvc/ita)











































