Seperti dilansir media Inggris, Express.co.uk, Selasa (11/4/2017), Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menyatakan Presiden Trump dan Presiden Xi membahas isu Korut secara luas dalam pertemuan perdana mereka di Florida, AS pekan lalu.
"Pembahasan ekstensif soal situasi berbahaya di Korea Utara," kata Tillerson kepada acara televisi CBS 'Face the Nation'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Presiden Xi jelas memahami, dan saya pikir sepakat, bahwa situasi telah meningkat dan telah mencapai level ancaman tertentu sehingga tindakan harus diambil," imbuhnya. Tillerson tidak menjelaskan lebih lanjut soal tindakan macam apa yang akan diambil AS. Namun pernyataan Tillerson mengindikasikan posisi pemerintahan Trump terhadap program nuklir Korut semakin keras.
Baru-baru ini, pasukan serbu dari Angkatan Laut AS telah digerakkan menuju Semenanjung Korea untuk memamerkan kekuatan pada Korut. Namun diketahui bahwa AS sebelumnya lebih condong pada sanksi dan tekanan untuk 'melawan' Korut.
Kemungkinan besar AS dinilai tidak akan melancarkan serangan militer langsung terhadap Korut, karena langkah itu bisa memperparah ketegangan yang mengarah pada perang nuklir. Ditambah, AS mengakui pentingnya pendekatan bersama dengan China, satu-satunya sekutu penting Korut.
Baca juga: Serangan AS ke Suriah Bulatkan Tekad Nuklir Korea Utara
Terlepas dari itu, ketegangan internasional semakin meningkat setelah Trump memerintahkan serangan rudal terarah terhadap pangkalan udara Suriah, untuk merespons serangan kimia yang menewaskan puluhan warga sipil. Dua sekutu dekat rezim Suriah, Rusia dan Iran, mengecam serangan AS itu dan menyebutnya telah melewati 'red line' atau garis merah.
Namun, mantan direktur intelijen Inggris, MI6, John Sawers memperingatkan bahwa ketegangan dengan Korut sebenarnya merupakan ancaman yang lebih besar untuk perdamaian dunia, dibandingkan konflik Suriah. "Jika Anda melihat pada krisis dunia yang bisa membawa bahaya bentrokan antara kekuatan besar dunia, maka Korea Utara menjadi kekhawatiran lebih besar dari Suriah," ujar Sawers dalam program televisi BBC 'Four's Today'.
"Saya pikir China mulai memahami, jika hal ini tidak bisa diselesaikan secara damai melalui perundingan, melalui tekanan, maka akan ada risiko serius yang dimiliki AS, yakni opsi militer," imbuhnya.
Baca juga: Beri Tekanan, Kapal Induk AS Akan Bergerak Mendekat ke Korut
Dikatakan Sawers, penguatan pasukan militer AS di Semenanjung Korea, terutama pengerahan pasukan serbu, menunjukkan bahwa 'AS berniat menggunakan kekuatannya terhadap negara lain untuk menegakkan ketertiban internasional'.
"Ini semua adalah bagian dari langkah, bagian dari penghitungan oleh pemerintahan Trump bahwa Korea Utara harus ditangani sangat serius, dengan prioritas sangat tinggi. Dan yang terutama, dibutuhkan pendekatan gabungan AS-China untuk menangani isu ini jika kita ingin menghindari konflik berkepanjangan di semenanjung itu," tandasnya.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini