De Lima bersama mantan sopir dan pengawalnya, serta seorang mantan pejabat lembaga pemasyarakatan nasional diperintahkan untuk ditangkap oleh pengadilan setempat. Perintah penangkapan dirilis setelah hakim memutuskan laporan pidana yang diajukan Departemen Kehakiman pantas diselidiki.
Sesaat sebelum ditangkap di kantornya, seperti dilansir Reuters, Jumat (24/2/2017), De Lima menegaskan dirinya tidak bersalah atas tudingan ini. Dia juga menyatakan tidak akan bungkam meskipun dijerat dakwaan pidana seperti ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
De Lima berprofesi sebagai pengacara HAM sebelum bergabung dengan pemerintahan sebagai Menteri Kehakiman. Dia menyebut dakwaan yang dijeratkan kepadanya sebagai dendam terhadap dirinya, karena tahun lalu dia memimpin penyelidikan Senat terhadap pembunuhan di luar hukum yang dilakukan pemerintahan Duterte.
Leila de Lima saat ditangkap di kantornya Foto: REUTERS/Erik De Castro |
Menurut laporan yang diajukan ke pengadilan regional, De Lima dituding menerima 5 juta peso Filipina yang diantarkan oleh seorang mantan pejabat lembaga pemasyarakatan ke kediamannya, saat De Lima menjabat Menteri Kehakiman antara tahun 2010-2016 lalu.
Selain dakwaan ini, dia juga dijerat dua dakwaan lainnya terkait kasus narkoba di pengadilan yang sama. Dakwaan yang dijeratkan kepada De Lima dan dua tersangka lainnya tidak bisa dibayar dengan jaminan, sehingga mereka harus tetap ditahan.
Pada Selasa (21/2) pekan ini, De Lima menyebut Duterte sebagai 'pembunuhan berantai sosiopat'. Dia juga menyerukan kepada kabinet Duterte untuk menyatakannya tidak pantas memimpin karena memiliki 'pikiran kriminal'.
"Menjadi kehormatan bagi saya untuk dipenjara atas hal-hal yang saya perjuangkan. Tolong doakan saya," ucapnya kepada wartawan di luar kantornya sebelum dia ditangkap, seperti dilansir AFP.
"Mereka tidak akan bisa membungkam saya dan menghentikan saya untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan dan melawan pembunuhan serta penindasan yang dilakukan rezim Duterte setiap harinya," tegas De Lima.
(nvc/ita)












































Leila de Lima saat ditangkap di kantornya Foto: REUTERS/Erik De Castro