Seperti dilansir Reuters, Jumat (13/1/2017), patung wanita penghibur itu memicu ketegangan baru antara Korsel dengan Jepang. Pekan lalu, Jepang menarik sementara Duta Besarnya dari Korsel terkait patung ini.
Patung yang didirikan oleh aktivis setempat di luar Konsulat Jepang di Busan itu, bertujuan mengenang para wanita yang dipaksa menjadi pekerja seks untuk tentara Jepang pada era Perang Dunia II silam. Aktivis Korsel memperkirakan ada sekitar 200 ribu wanita Korea yang menjadi wanita penghibur untuk Jepang saat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Jepang Tarik Dubes dari Korsel Terkait Patung Wanita Penghibur
"Pemerintahan kita tidak menentang pendirian patung gadis itu... tapi saya pikir kita perlu mengarahkan kebijaksanaan kita pada isu lokasi," imbuhnya. Namun Yun tidak mengatakan lebih lanjut apakah patung wanita penghibur itu akan dipindahkan.
Patung yang berwujud seorang gadis bertelanjang kaki sedang duduk di sebuah kursi itu, didirikan di Busan sejak akhir tahun lalu. Otoritas Jepang menyebut patung itu melanggar kesepakatan kedua negara soal penyelesaian isu wanita penghibur era Perang Dunia II.
Sejumlah politikus Korsel, termasuk tokoh-tokoh yang akan mencalonkan diri sebagai presiden, telah menyerukan perundingan ulang untuk kesepakatan sebelumnya yang tercapai pada Desember 2015 lalu.
Kesepakatan tahun 2015 itu menyebut bahwa isu wanita penghibur telah selesai secara final dan tidak bisa dicabut kembali, jika seluruh persyaratan -- termasuk permohonan maaf Jepang dan biaya bantuan untuk para korban -- telah dipenuhi.
Foto: Kim Sun-ho/Yonhap via REUTERS |












































Foto: Kim Sun-ho/Yonhap via REUTERS