Turki Bebaskan 6 Kerabat Dekat Pembunuh Dubes Rusia

Turki Bebaskan 6 Kerabat Dekat Pembunuh Dubes Rusia

Rita Uli Hutapea - detikNews
Kamis, 22 Des 2016 17:23 WIB
penembakan Dubes Rusia untuk Turki (Foto: AFP)
Ankara, - Otoritas Turki membebaskan enam kerabat dekat polisi muda pembunuh Dubes Rusia untuk Turki, Andrei Karlov. Mereka dilepas setelah ditahan selama tiga hari untuk diinterogasi.

Menurut kantor berita pemerintah Turki, Anadolu seperti dilansir AFP, Kamis (22/12/2016), ayah, ibu, saudara perempuan, dua paman dan seorang bibi dari Mevlut Mert Altintas, polisi Turki yang menembak mati Dubes Karlov, dibebaskan hari ini setelah diinterogasi di provinsi Aydin, Turki barat.

Para penyelidik saat ini tengah menyelidiki kaitan Altintas dengan jaringan ulama ternama Fethullah Gulen, yang oleh pemerintah Turki dituduh sebagai dalang upaya kudeta pada 15 Juli.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Media Turki melaporkan, otoritas saat ini masih menahan enam tersangka yang terkait dengan akademi kepolisian Rustu Unsal di Izmir, tempat Altintas menempuh pendidikan pada tahun 2012 hingga 2014. Otoritas Turki menduga banyak pengikut Gulen di dalam akademi kepolisian tersebut.

Di antara keenam orang tersebut adalah Suleyman Ergen, yang dituduh otoritas Turki sebagai agen utama Gulen di akademi kepolisian tersebut.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terang-terangan menyebut Altintas sebagai anggota jaringan Gulen. Menurut Erdogan, pembunuhan Dubes Karlov menunjukkan bahwa para pendukung Gulen masih ada di dalam militer dan kepolisian sehingga operasi pembersihan harus terus dilakukan.

"Saya harus mengatakan ini dengan sangat jelas -- organisasi kotor ini masih ada di dalam militer, masih ada di dalam kepolisian," cetus Erdogan.

Oleh pemerintah Turki, jaringan pengikut Gulen disebut sebagai "Organisasi Teroris Gulen" atau "FETO". Pemerintahan Erdogan telah menyatakan bahwa jaringan Gulen telah menjalankan "sebuah negara paralel" dalam birokrasi sipil dan militer, serta memiliki agenda tersendiri untuk menggulingkan pemerintahan. Gulen yang hidup di pengasingan di Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), sejak 1999 telah membantah hal tersebut.

Gulen yang oleh rezim Erdogan dianggap sebagai musuh negara, juga dituduh telah mendalangi upaya kudeta di Turki pada 15 Juli lalu. Sejak kudeta yang gagal itu, pemerintah Turki telah meminta AS untuk mengekstradisi ulama ternama Turki tersebut. Namun pemerintahan Barack Obama tidak mengabulkan permintaan tersebut. (ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads