Trump Serukan Obama Ikut Diselidiki Terkait Skandal Email Hillary Clinton

Trump Serukan Obama Ikut Diselidiki Terkait Skandal Email Hillary Clinton

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 26 Okt 2016 10:16 WIB
Donald Trump (REUTERS/Jonathan Ernst)
Washington - Capres Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, menyerukan agar Presiden Barack Obama ikut diperiksa terkait skandal email capres Partai Demokrat Hillary Clinton, saat menjabat Menteri Luar Negeri AS. Trump menuding Obama tahu semua soal pengurusan email Hillary.

"Itulah mengapa dia (Obama-red) mendukung Hillary, karena dia tidak ingin terseret. Karena dia tahu semua hal soal server pribadinya," sebut Trump dalam wawancara dengan Reuters, Rabu (26/10/2016).

"Ini berarti dia harus diselidiki," imbuhnya merujuk pada Obama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belum ada tanggapan resmi dari Gedung Putih soal seruan dan tudingan Trump ini. Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, menuturkan kepada wartawan pada Selasa (25/10), Obama memiliki alamat email pribadi Hillary, yang memang digunakan Hillary saat menjabat Menlu AS, bukannya menggunakan sistem pemerintah.

Baca juga: Saat Obama Jadikan Trump Bahan Lelucon di Acara Televisi AS

Namun lanjut Earnest, Obama tidak tahu lokasi server untuk email pribadi Hillary itu, juga soal rincian lainnya. Hillary yang kini menjadi capres Partai Demokrat dan rival Trump, pernah menjabat Menlu AS dalam pemerintahan Obama periode pertama, dari tahun 2009-2013 lalu.

WikiLeaks pada Selasa (25/10), kembali merilis sejumlah email yang diretas dari akun email manajer kampanye Hillary, John Podesta. Bocoran email itu menunjukkan reaksi tim kampanye kepresidenan Partai Demokrat setelah Obama, dalam wawancara televisi, mengaku dirinya tahu soal server pribadi untuk email Hillary lewat pemberitaan media.

"Kita perlu membereskan ini -- dia (Obama-red) memiliki sejumlah email darinya (Hillary-red) -- email-email itu tidak mencantumkan state.gov," tulis Cheryl Mills, ajudan Hillary sejak lama, dalam email kepada Podesta setelah Obama menyampaikan komentar itu dalam wawancara televisi pada Maret 2015.

Istilah 'state.gov' merujuk pada domain internet untuk Departemen Luar Negeri AS. Setiap email yang dikirimkan dari akun resmi melalui server pemerintah AS, akan memiliki embel-embel itu dalam alamat emailnya.

Baca juga: Presiden Iran Sebut Pilpres AS Pilihan Antara yang Buruk dan Lebih Buruk

Dalam pernyataannya, Departemen Luar Negeri AS mengaku pada Januari lalu telah menemukan ada 18 kontak email antara Hillary dengan Obama, dari total 30 ribu email Hillary yang diserahkan kembali ke Deplu AS tahun 2014. Tidak ada satupun isi email Hillary-Obama yang dirilis ke publik, karena hukum melindungi komunikasi presiden selama beberapa tahun.

Beberapa minggu terakhir, WikiLeaks merilis sejumlah besar email terkait Hillary ke publik. Namun tim kampanye Hillary belum secara resmi memastikan keaslian email itu.

Otoritas AS meyakini Rusia ada di balik peretasan sistem Partai Demokrat yang terjadi beberapa waktu lalu. Laporan lain mengindikasikan peretasan email Podesta juga terkait dengan Rusia. Namun Presiden Vladimir Putin telah menegaskan, negaranya tidak bisa disalahkan terkait peretasan itu.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads