Presiden Santos berjanji untuk menghidupkan kembali rencana perdamaian dengan FARC (Pasukan Revolusioner Kolombia), meskipun rakyat Kolombia dalam referendum yang digelar Minggu (2/10) waktu setempat, menolaknya. Banyak warga Kolombia meyakini perdamaian terlalu lunak untuk FARC.
"Penghargaan ini seharusnya juga dilihat sebagai penghormatan bagi rakyat Kolombia," sebut Ketua Komisi Nobel, Kaci Kullmann Five, saat mengumumkan penganugerahan Nobel Perdamaian di Oslo, Norwegia, seperti dilansir Reuters, Jumat (7/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemenangan Presiden Santos ini mengejutkan beberapa pihak. Sejumlah pengamat Nobel bahkan telah mencoret Kolombia dari daftar favorit setelah referendum perdamaian dengan FARC berujung hasil 'tidak'.
"Ada bahaya proses perdamaian akan terhenti dan perang sipil akan berkobar lagi. Ini membuatnya semakin penting agar kedua pihak, yang dipimpin Presiden Santos dan pemimpin FARC Rodrigo Londono, terus menghormati gencatan senjata," tegas Komisi Nobel.
"Fakta bahwa mayoritas pemilih mengatakan 'tidak' pada kesepakatan perdamaian, bukan berarti bahwa proses perdamaian terhenti," imbuhnya.
Hadiah Nobel Perdamaian bernilai 8 juta krona Swedia atau setara Rp 12 miliar, akan diserahkan di Oslo pada 10 Desember mendatang.
Lebih dari 220 ribu orang tewas dalam pertempuran maupun pembantaian selama pemberontakan FARC terhadap pemerintah Kolombia. Jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengemis di jalanan, di tengah perekonomian yang memburuk.
"ini menjadi pesan penuh harapan untuk negara saya dan juga bagi perdamaian di Kolombia. Ini menekankan bahwa ada harapan bagi proses perdamaian di Kolombia," ucap Duta Besar Kolombia untuk Norwegia, Alvaro Sandoval Bernal, kepada televisi Norwegia, TV2.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini