Rahami ditangkap di kawasan Linden, New Jersey, pada Senin (19/9), usai diwarnai baku tembak dengan polisi setempat. Pemuda berusia 28 tahun yang berkewarganegaraan AS keturunan Afghanistan ini telah secara resmi dijerat sejumlah dakwaan federal, mulai dari pengeboman hingga penggunaan senjata pemusnah massal.
Baca juga: Rahami Dijerat Dakwaan Pengeboman Hingga Penggunaan Senjata Pemusnah Massal
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anda (pemerintah AS-red) terus melanjutkan pembantaian terhadap mujahidin di Afghanistan, Irak, Sham (Suriah-red) dan Palestina," tulis Rahami dalam jurnalnya, yang dibawanya saat ditangkap.
Jurnal itu ditemukan dalam kondisi tertembus peluru dan berlumuran darah, saat Rahami ditangkap. Beberapa bagian tidak bisa dibaca, namun sebagian besar bisa dibaca dengan jelas dan dipahami maksudnya.
Baca juga: Saat Panci Presto Dijadikan Senjata Teror di AS
Bagian lain jurnal itu menyebut harapan Rahami agar tidak tertangkap aparat AS sebelum dirinya melakukan serangan bom bunuh diri. "FBI dan (Departemen) Keamanan Dalam Negeri mencari saya... hati saya, saya berdoa kepada ALLAH yang maha bijaksana. Untuk tidak mengambil JIHAD dari saya. Saya mohon," tulisnya.
"Saya mohon ... syahadat dan insyaAllah panggilan ini akan dijawab," imbuh tulisan Rahami dalam jurnal itu.
Pada salah satu bagian jurnal yang sebagian besar tidak bisa dibaca lagi, Rahami menuliskan kata-kata 'bom pipa' dan 'bom panci presto', juga rencananya menembaki polisi. "Serang para kafir," tulis Rahami pada satu bagian.
Baca juga: Polisi New York Cari 2 Pria Misterius yang Pindahkan Bom yang Tak Meledak
Rahami juga memuji tokoh-tokoh teroris, seperti Anwar al-Aqlaki, mantan tokoh propaganda Al-Qaeda yang tewas dalam serangan drone di Yaman, dan juga Nidal Hasan, pelaku penembakan di Fort Hood, Texas yang menewaskan 13 orang tahun 2009. Pujian juga dilontarkan Rahami untuk mendiang Osama.
"Saudaraku Osama bin Laden," tulisnya menyebut mendiang pemimpin Al-Qaeda itu.
"InsyaAllah, suara bom akan terdengar di jalanan. Tembakan senjata kepada polisi-polisi Anda. Kematian untuk penindasan Anda," demikian tulis Rahami pada bagian lain jurnalnya.
(nvc/nwk)