Adu banteng masih menjadi suatu hal yang umum di Spanyol dan memiliki penggemar tersendiri. Beberapa acara tahunan seperti di antaranya balap banteng San Fermin di Pamplona menarik banyak turis.
Di sisi lain, gelombang penolakan adu banteng juga semakin besar setiap tahunnya. Jumlah corrida, aksi adu banteng dengan orang yang memegang kain merah dan berhadapan dengan banteng, semakin menurun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saya sedih ketika sejumlah orang bersenang-senang dengan mengorbankan makhluk hidup lainnya. Ada cara lain untuk menghabiskan waktu," kata salah satu pendemo bernama Mari Paz Rojo (42), seperti dilansir kantor berita Reuters, Minggu (11/9/2016).
"Kami tidak mau warga Spanyol diidentikkan dengan adu banteng. Ini bukan pesta nasional kami," tambah wanita yang bekerja sebagai asisten administrasi tersebut.
PACMA, partai politik di Spanyol yang memperjuangkan hak-hak binatang, mengklaim demonstrasi di Madrid sebagai aksi penolakan terhadap adu banteng terbesar yang pernah ada. Meski PACMA tidak memiliki anggota di parlemen, perolehan suaranya di pemilu terakhir meningkat.
![]() |
Survei menunjukkan bahwa jumlah warga yang mendukung adu banteng di Spanyol semakin merosot dalam beberapa dekade terakhir. Survei Ipsos Mori yang diadakan sejak bulan Januari memperlihatkan bahwa hanya 19 persen orang dewasa di Spanyol yang mendukung adu banteng.
Parlemen Spanyol di bawah kepemimpinan Partai Rakyat, yang merupakan sayap kanan, meminta adu banteng tetap dijalankan dengan alasan melindungi aset budaya. Namun, sejumlah wilayah sudah melarang adu banteng sejak 2011.
Walikota Madrid yang merupakan sayap kiri, menarik subsidi untuk sekolah adu banteng. Tahun ini, untuk pertama kalinya peserta 'Toro de la Vega' yang kontroversial, dilarang membunuh banteng.
![]() |