Tidak seperti Kanselir Jerman Angela Merkel yang enggan mengomentari pemilu AS, Steinmeier mengaku tidak netral dalam isu pilpres AS. Menurut Steinmeier, sangat penting menunjukkan kepada dunia tentang betapa berbahayanya Trump.
"Dia (Steienmeier) memang tidak netral soal pernyataan ini, karena dia pikir jika Anda mengikuti apa yang dikatakan Trump, maka Anda perlu cemas dengan apa yang akan terjadi pada dunia ini ... jika dia (Trump), faktanya, menjadi presiden (AS)," ucap juru bicara Steinmeier, Sawsan Chebli, seperti dilansir Reuters, Kamis (11/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia (Steinmeier) berpendapat bahwa hal itu menakutkan," imbuhnya.
Steinmeier merupakan politikus dari Partai Sosial Demokrat, mitra Partai Serikat Demokrat Kristen yang berkuasa di Jerman dan menaungi Merkel. Secara terpisah, juru bicara Merkel menyatakan bahwa Kanselir Jerman itu tidak mau mencampuri pemilu di AS.
Sebelumnya Steinmeier sudah melontarkan komentar-komentar keras terhadap Trump. Pekan lalu, Steinmeier menyamakan Trump dengan 'penceramah kebencian' dan menyebut pengusaha real estate asal New York itu memiliki banyak kesamaan dengan 'penyebar ketakutan' dari kalangan partai sayap kanan Jerman, AfD.
Baca juga: Ingin Bertemu Donald Trump, Pria 20 Tahun Nekat Panjat Trump Tower
Komentar keras lainnya dari otoritas negara Eropa pernah disampaikan Presiden Prancis Francois Hollande. Dalam komentarnya beberapa waktu lalu, Hollande menyebut Trump membuatnya ingin muntah karena kritikan memalukan dan menyakitkan Trump terhadap orangtua tentara muslim AS yang gugur dalam perang Irak.
Trump selama ini kerap melontarkan retorika dan rencana kebijakan yang kontroversial, seperti membangun tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko dan juga seruan melarang warga muslim masuk ke wilayah AS. Dia juga melontarkan kata-kata kasar terhadap kaum wanita dan minoritas.
Yang terbaru, Trump menuai kontroversi setelah menyebut aktivis senjata api bisa bertindak untuk menghentikan capres Partai Demokrat, Hillary Clinton, menominasikan hakim Mahkamah Agung AS. Pernyataan Trump itu ditafsirkan sebagai bentuk ancaman untuk Hillary. Tim kampanye Trump menyebut pernyataan itu disalahartikan, sedangkan tim kampanye Hillary menyebutnya sebagai pernyataan berbahaya.
(nvc/ita)