Upaya Mempertahankan Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Jelajah Australia 2016

Upaya Mempertahankan Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Ikhwanul Khabibi - detikNews
Selasa, 02 Agu 2016 15:45 WIB
Foto: Dosen yang mengajar kajian dan Indonesia di Monash University, Yacinta Kurniasih (Foto:Ikhwanul Khabibi/detikcom)
Melbourne - Bahasa Indonesia mengalami gejala penurunan minat studi di Australia. Jumlah orang yang mempelajari Bahasa Indonesia terus menurun beberapa tahun terakhir.

Beberapa universitas di Australia menutup program Indonesian Studies karena sepi peminat. Belum lagi beberapa sekolah yang kini tak lagi menjadikan Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran wajib.

Pihak-pihak yang peduli dengan keberlangsungan pengajaran Bahasa Indonesia di Australia pun terus berjuang, agar bahasa Indonesia tetap diajarkan di instansi pendidikan di Australia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana kelas bahasa Indonesia yang diampu Yacinta di Monash University (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)


"Sebenarnya pengajaran bahasa dan budaya Indonesia sudah diajarkan sekitar 50 tahun di Australia, nah itu ada naik turunnya. Sekarang memang sedang ada penurunan," kata dosen Indonesian Studies dari Monash University, Yacinta Kurniasih saat ditemui detikcom dan 2 media lain yang difasilitasi Australia Plus ABC International pada Juni 2016 lalu.



Yacinta menjelaskan, sebenarnya saat ini cukup banyak pengajar Bahasa Indonesia di Australia. Dia pun sangat yakin pengajaran Bahasa Indonesia tidak akan hilang dari dunia pendidikan Australia.

Suasana belajar bahasa dan kajian Indonesia di Monash University, Melbourne, Victoria, Australia (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)


"Kita memang mendengar banyak berita negatif ya, di beberapa universitas program Bahasa Indonesia ditutup, saya tidak bisa menyerah, saya akan ngeyel, karena Monash meskipun jumlahnya kecil namun komitmennya besar," tegas Yacinta

Sementara itu, pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar di Australia juga terus berusaha agar gairah pengajaran Bahasa Indonesia kembali hidup. Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema mengungkapkan bahwa saat ini, pihaknya telah menyebar pengajar Bahasa Indonesia ke seluruh negara bagian di Australia.

"Bukan hanya pengajaran Bahasa Indonesia, tetapi bahasa asing Asia lainnya juga terus menurun. Itu adalah tren yang terjadi, yang saya amati sejak saya tiba di sini di akhir tahun 2012. Sejak awal 2013, saya meningkatkan program yang didukung Kemendikbud, itu program balai bahasa, jadi mulai tahun 2013 kita adakan program balai bahasa, tadinya hanya di Canberra, Sydney dan Perth, kemudian sekarang di seluruh negara bagian dan territory sudah ada," jelas Nadjib.

Dubes RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema di kantornya, KBRI Canberra Australia (Ikhwanul Khabibi/detikcom)


Nadjib yakin, progam balai bahasa akan efektif untuk meningkatkan kembali minat masyarakat Australia belajar bahasa Indonesia. Apalagi kini juga masih banyak sekolah yang mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia, meskipun di sebagian negara bagian sudah tidak dijadikan mata pelajaran wajib lagi.

"Mereka adalah orang-orang yang mencintai Bahasa Indonesia, orang Australia yang mencintai Bahasa Indonesia, ditambah orang Indonesia yang sudah jadi mukimin itu istilahnya. Mereka jadi pengajarnya. Kami punya pengajar bahasa Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah. Dari Tazmania sampai Northern Territory sudah tersebar," urai Nadjib.

Sebenarnya, cukup banyak masyarakat Australia yang antusias mempelajari Bahasa Indonesia. Program-program Bahasa Indonesia selalu diikuti oleh mahasiswa yang semuanya berasal dari Australia. Salah satunya adalah Gerrad yang memutuskan untuk mengambil jurusan Indonesian Studies di Monash University. Gerrad yang kini sudah fasih berbahasa Indonesia itu mengaku ingin mencari jati diri yang sebenarnya karena dia adalah keturunan Ambon, meskipun sejak lahir hidup di Australia.

Gerrad (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)


"Saya ingin belajar Bahasa Indonesia karena saya ingin tahu sebenarnya bagaimana bahasa yang digunakan nenek saya. Saya juga menjadi tahu bagaimana Indonesia itu," tutur Gerrad.

Menurut Yacinta yang sudah mengajar sejak tahun 2000-an di Monash University mengakui kini dirinya harus lebih pintar mencari strategi agar program kajian Indonesia kembali diminati. Yacinta selalu memprovokasi para mahasiswa agar jangan puas dengan hanya menguasai Bahasa Inggris saja.

"Kepada mereka yang biasanya berlatar belakang monolingual, maka saya mengatakan kamu ingin lebih menarik dan terlihat lebih lucu, belajar bahasa kedua. Saya katakan Indonesia dekat sekali, banyak hal menarik, mau belajar soal hukum di Indonesia, mau menjadi turis di sana," ungkapnya.

Baca terus fokus "Jelajah Australia 2016" dan ikuti Hidden Quiz-nya! (Hbb/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads