Suku Yolngu Aborigin Hidup dengan Melukis dan Mengolah Bahan Alam

Jelajah Australia 2016

Suku Yolngu Aborigin Hidup dengan Melukis dan Mengolah Bahan Alam

Ikhwanul Khabibi - detikNews
Kamis, 28 Jul 2016 16:05 WIB
Foto: Gayili Marika, seorang tokoh perempuan Suku Yolngu yang juga menjadi seniman lukis, bersama hasil lukisannya (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)
Darwin - Belum banyak warga Aborigin Suku Yolngu yang berkiprah dalam pekerjaan di sektor formal di Australia. Kebanyakan warga Suku Yolngu mengandalkan keterampilan melukis dan membuat barang seni lainnya untuk bertahan hidup.

Hasil survei komprehensif Biro Statistik Australia yang melakukan Survei Sosial terhadap warga Aborigin dan Selat Torres Nasional (NATSISS) tentang warga Aborigin Australia kembali membuktikan bahwa masih banyak yang perlu dilakukan untuk menutup kesenjangan antara masyarakat adat dengan populasi umum, demikian dilansir dari Australia Plus Indonesia edisi 2 Mei 2016.

detikcom dan 2 media lain yang difasilitasi Australia Plus ABC International mengunjungi Gove pada Mei 2016. Gove masih terletak di NT, satu jam penerbangan dari Darwin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dipandu oleh LSM yang memberdayakan Suku Yolngu, Why Warriors, yang didirikan Richard Trudgen, di kota kecil itu kami mendapati bahwa survei Biro Statistik Australia itu benar adanya, masih banyak kesenjangan pada warga Aborigin. Banyak warga suku Yolngu yang belum memiliki pekerjaan tetap. Meski, sudah ada beberapa dari mereka ada yang berhasil mendapatkan pekerjaan tetap.

Untuk bertahan hidup, warga suku Yolngu yang perempuan menggunakan waktunya untuk melukis. Selain itu, banyak dari mereka yang membuat kerajinan dari bahan alami, seperti membuat tas, karpet dan lainnya.

Seorang perempuan Suku Yolngu sedang melukis (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)


Melukis merupakan keterampilan yang wajib dimiliki perempuan Yolngu. Keterampilan melukis diajarkan secara turun temurun di setiap kelompok keluarga.

Salah satu warga Yolngu, Gayili Marika, mengandalkan hasil penjualan lukisan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga besarnya. Hampir setiap hari dia melukis di rumahnya yang juga dijadikan sebagai workshop.

Gayili juga menurunkan keterampilan melukisnya kepada putrinya. Dia terus mengajari agar putrinya yang masih remaja menjadi mahir melukis.

"Saya selalu mengajari anak saya untuk melukis, bagaimana mewarnai yang benar dan bagaimana memilih warna," kata Gayili.

Gayili Marika, seorang tokoh perempuan Suku Yolngu yang juga menjadi seniman lukis, bersama hasil lukisannya (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)


Hasil lukisan dan kerajinan warga Aborigin memang dihargai cukup mahal. Untuk lukisan dengan ukuran 1x0,5 meter saja dijual dengan harga AUD 200-300 (sekitar Rp 2 juta-Rp 3 juta). Sedangkan untuk kerajinan lain, semisal tas anyaman dijual hingga mencapai AUD 500-750.

Aneka barang seni karya warga Aborigin Suku Yolngu di Buku-Larrngay Mulka, sebuah galeri seni masyarakat Aborigin di Yirrkala, Nhulunbuy, Australia. (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)


Namun, bagi Richard Trudgen, melukis dan membuat kerajinan dari alam saja tidak cukup bagi Suku Aborigin. Warga Yolngu menurut Richard, sudah waktunya masuk ke sistem ekonomi baru yang bisa memberikan mereka berbagai keuntungan.

"Kami ingin memangkas gap antara Aborigin dengan budaya yang terus bergerak. Kami mendekatkan diri dengan proyek-proyek lokal bagi mereka," tegas Richard.

Richard Trudgen, pendiri LSM Why Warriors (kiri) dan warga Aborigin Suku Yolngu, Gayili Marika (kanan) (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)


"Terbukanya akses dan memberikan kesempatan berbisnis kepada mereka akan menjadi semacam inkubator agar mereka bisa mengikuti perkembangan dunia ekonomi," harapnya.

Baca terus fokus "Jelajah Australia 2016" dan ikuti Hidden Quiz-nya! (nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads