Arroyo yang menjabat periode tahun 2001-2010 ini, merupakan presiden wanita kedua di Filipina setelah Corazon Aquino, yang menjabat periode tahun 1986-1992. Dia dituding mencuri dana lotre negara sebesar 366 juta peso atau setara Rp 101 miliar yang dimaksudkan untuk program amal.
Seperti dilansir AFP, Kamis (21/7/2016), Mahkamah Agung Filipina menggugurkan dakwaan korupsi yang dijeratkan kepada Arroyo dengan alasan kurangnya bukti, pada Selasa (19/7). Namun pembebasan Arroyo tertunda karena asalan prosedur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Konvoi kendaraan yang membawa Arroyo terlihat meninggalkan rumah sakit militer yang ada di pinggiran Manila, pada Kamis (21/7). Pengacaranya menyatakan, usai bebas Arroyo akan dibawa ke rumah sakit swasta untuk menjalani medical check-up.
Dalam pernyataan yang dirilis pengacaranya, pada Rabu (20/7), Arroyo berterima kasih kepada Mahkamah Agung dan Presiden Rodrigo Duterte yang baru menjabat. Pada Juni 2016 lalu, Duterte mengaku bersedia mengampuni Arroyo.
Sedangkan mantan presiden Filipina Benigno Aquino mempertanyakan putusan Mahkamah Agung itu. Aquino menyatakan, Arroyo harus tetap bertanggung jawab atas penyelewengan dana negara yang seharusnya dialirkan bagi rakyat yang menderita.
Arroyo awalnya ditangkap atas dakwaan sabotase pemilu karena melakukan konspirasi dengan pejabat komisi pemilu untuk merekayasa hasil pemilu senat tahun 2007 lalu. Karena penyakit tulang belakang yang dideritanya, Arroyo diizinkan ditahan di rumah sakit militer.
![]() |
Tahun 2012, Arroyo keluar dari penjara dengan uang jaminan setelah pengadilan menyatakan bukti yang memberatkannya sangat lemah. Namun Arroyo akhirnya tetap dalam penahanan, karena dakwaan korupsi lainnya soal pencurian uang negara diajukan pada tahun yang sama.
Meskipun berada dalam penahanan, Arroyo memenangkan kursi dalam DPR Filipina selama tiga pemilu terakhir. Dia menjadi anggota parlemen selama ditahan di rumah sakit militer.
(nvc/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini