Seperti dilansir AFP, Kamis (14/7/2016), media Jerman Die Welt menyebut penunjukan Johnson yang kontroversial oleh Perdana Menteri Inggris yang baru, Theresa May, banyak dianggap sebagai lelucon.
"Fakta bahwa Theresa May, dari semua orang, malah menunjuk sosok yang tidak diplomatis, tidak bisa ditebak dan tidak setia ini sebagai Menteri Luar Negeri dinilai tidak masuk akal pada awalnya," sebut Die Welt dalam ulasannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Die Welt menyebut langkah PM May itu penuh pertimbangan. "Tekanan kini ada padanya (Johnson) -- dan ambisinya yang besar -- untuk membuktikan diri," imbuh Die Welt.
Media Prancis, Liberation, mengingatkan pembacanya bahwa Johnson yang mantan Wali Kota London ini sama sekali belum pernah memegang jabatan dalam kabinet pemerintahan Inggris. "Dan beberapa hari lalu dia secara menyedihkan menarik diri dari pencalonan Tory Party (Partai Konservatif)," tulisnya.
"Hal yang terlihat seperti kenaikan jabatan, bisa jadi faktanya mangkuk beracun," cetus Liberation, sembari menambahkan bahwa perundingan Brexit akan dipimpin oleh Departemen Urusan Keluar Uni Eropa dan kabinet PM May.
Baca juga: David Davis, Politikus Keras Kepala Bekas Tentara Elite Jadi Menteri Brexit
Tajuk utama media Prancis lainnya, L'Obs, secara singkat tertulis 'King of the Blunder' atau 'Raja Blunder'.
"Mereka yang berpikir kelas politik Inggris yang bermain kekuasaan tidak memiliki rasa malu, kini menyadari dirinya salah soal keributan kemarin. Boris Johnson, Raja Brexit, kini telah dianugerahi posisi Menteri Luar Negeri, padahal tadinya dia menarik diri usai voting," sebut media Jerman ternama, Der Spiegel, yang dalam headlinenya menulis 'House of Cards in Britain'.
"Sekarang, akhirnya, tidak ada lagi yang akan meragukan politik Inggris tidak mempedulikan kesejahteraan negara, selain hanya peduli pada tawar-menawar posisi, ambisi pribadi dan permainan kekuasaan," imbuh Der Spiegel.
Baca juga: Vladimir Putin Ingin Berdialog dengan PM Inggris yang Baru
Dalam artikelnya, Der Spiegel menyebut Johnson yang dijuluki sebagai 'bogeyman' atau monster jahat terhebat di Inggris usai referendum Brexit ini, tampaknya terkejut dengan posisi baru yang dijabatnya. Namun Der Spiegel juga menyebut ada alasan serius di balik penunjukan Johnson.
"Untuk memulihkan partai (Partai Konservatif) dan menunjukkan kepada para pemilih bahwa May menganggap serius hasil referendum," terang Der Spiegel dalam artikelnya.
(nvc/trw)











































