"Saya sedang bersama nelayan lain untuk mengangkat jaring yang saya tinggalkan saat kuda nil itu membalik perahu kami. Teman saya berhasil kabur, tapi kuda nil itu menggigit kaki kiri saya, lalu kaki kanan," kata Fall, seperti dilansir AFP, Minggu (29/5/2016).
Kejadian ini bukan yang pertama. Perairan Gouloumbou di Senegal Timur yang merupakan anak dari Sungai Gambia sudah berulang kali memerah akibat darah para nelayan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kedua kalinya saya diserang, yang pertama kali di tahun 2014. Saya mencurangi kematian dua kali," ucapnya.
Kepala desa Goulumbou Abdoulaye Barro Watt menceritakan bagaimana para nelayan berjuang di tengah ancaman serangan kuda nil. Pihaknya sudah meminta perhatian dari pemerintah pusat.
Warga desa dan kuda nil pernah hidup berdampingan dengan aman, bermain bersama di sungai karena mereka dianggap tidak berbahaya. Tapi, kondisi kemudian berubah karena kuda nil lalu balik menyerang.
Kuda nil sebenarnya adalah vegetarian yang tinggal di rawa-rawa dan sungai. Beratnya bisa mencapai 1.500 kg dan lebih banyak berendam di air.
Senegal memasukkan kuda nil ke dalam daftar binatang yang dilindungi sehingga membunuh mereka adalah hal yang dilarang. Namun, keberadaan mereka membuat masyarakat takut.
"Saya takut mereka akan menyerang. Oleh sebab itu, saya selalu memperhatikan sungai," kata Aminata Sy, seorang warga sambil mencuci pakaiannya di sungai.
Para nelayan sudah meminta pemerintah pusat untuk mengirimkan perahu motor untuk menangkal serangan. Termasuk juga pelampung hingga jaring.
Pemerintah menyebut alasan kuda nil menjadi agresif adalah saat spesies betina sedang melahirkan. Tetapi, kalangan nelayan menganggap ada alasan mistis di baliknya.
Apapun itu, serangan demi serangan dari kuda nil membuat para nelayan kapok. Fall, kini ogah menjadi nelayan lagi.
"Setelah sembuh, saya akan ganti profesi," tegasnya. (imk/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini