Pekan lalu, seorang pejabat AS mengkonfirmasi operasi darat AS di Irak berujung penangkapan satu anggota ISIS. Dituturkan dua pejabat militer AS yang enggan disebut namanya, seperti dilansir AFP, Kamis (10/3/2016), anggota ISIS itu tengah diinterogasi dan untuk sementara hasilnya bagus.
Dilaporkan CNN, militer AS melancarkan serangan udara terhadap target-target yang diyakini krusial bagi program senjata kimia ISIS. Sedangkan media AS lainnya, NBC mengidentifikasi anggota ISIS itu sebagai Sleiman Daoud al-Afari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kerahkan Tim Elite Delta Force di Irak, AS Tangkap Militan ISIS
Pada Rabu (9/3) waktu setempat, juru bicara Pentagon Jeff Davis menolak untuk mengkonfirmasi bahwa anggota ISIS yang ditangkap adalah seorang pakar senjata kimia. "Kami tahu ISIL (nama lain ISIS) pernah menggunakan senjata kimia beberapa kali di Irak dan Suriah," imbuhnya.
Pada Februari lalu, Direktur Intelijen Nasional AS James Clapper dan Direktur CIA John Brennan untuk pertama kalinya, secara terbuka menuding ISIS menggunakan senjata kimia, termasuk gas mustard di Irak dan Suriah.
Disebutkan sumber yang dekat dengan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), gas mustard dipastikan pernah digunakan dalam pertempuran di Irak bagian utara pada Agustus tahun lalu. Namun tidak disebut secara langsung seranga kimia itu dilakukan oleh ISIS.
OPCW juga memastikan gas mustard digunakan di wilayah Marea, Suriah, pada 21 Agustus tahun lalu. Gas mustard atau yang juga disebut 'sulfur mustard' bisa memicu gangguan pernapasan, kebutaan sesaat dan luka melepuh. Gas mustard pertama kali digunakan oleh Jerman tahun 1917 lalu di Belgia. Sejak tahun 1993, penggunaan gas mustard dilarang oleh PBB.
(nvc/ita)











































