"Kami pastinya tidak menerima pernyataan-pernyataan seperti itu, terlebih lagi karena setiap kali mereka membuat pernyataan-pernyataan ini, mereka tak bisa membuktikan tuduhan tak berdasar mereka dengan cara apapun," tegas Dmitry Peskov, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (16/2/2016).
Pada Senin (15/2) waktu setempat, serangan rudal-rudal menghantam sejumlah rumah sakit, sekolah dan target-target sipil lainnya di Suriah. Serangan rudal itu disebut pemerintah Turki, dilakukan oleh militer Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kecaman atas serangan rudal itu juga disampaikan pemerintah Prancis. "Saya mengecam keras serangan baru yang disengaja terhadap rumah sakit," kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault dalam statemen seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (16/2/2016).
"Serangan-serangan terhadap fasilitas medis merupakan kejahatan perang," imbuhnya.
Kecaman serupa disampaikan pemerintah Amerika Serikat. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby mengatakan, serangan-serangan tersebut terjadi di tengah gencarnya seruan untuk menghindari menyerang warga sipil di Suriah.
"Ini menimbulkan keraguan akan kesediaan dan/atau kemampuan Rusia untuk membantu menghentikan kebrutalan rezim Assad (Presiden Suriah Bashar al-Assad) yang terus berlangsung terhadap rakyatnya sendiri," cetus Kirby.
Menurut badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 50 warga sipil tewas ketika serangan rudal menghantam sejumlah target sipil pada Senin (15/2) waktu setempat, termasuk lima pusat medis dan dua sekolah di kota Azaz, Suriah yang dikuasai pemberontak, yang berada di dekat perbatasan Turki. (ita/ita)