Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Penculikan Warga Swiss di Mali

Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Penculikan Warga Swiss di Mali

Yudhistira Amran Saleh - detikNews
Rabu, 27 Jan 2016 07:33 WIB
Ilustrasi Mali (Foto: REUTERS/Adama Diarra)
Nouakchott - Kantor berita swasta Mauritania, Al-Akhbar menerima sebuah video yang konon dari Al-Qaeda. Dalam video tersebut, Emirat, kelompok dari jaringan Sahara mengklaim bertanggung jawab atas penculikan wanita asal Swiss bernama Beatrice Stockly di Mali Utara bulan ini.

"Kami mengumumkan bertanggung jawab atas penculikan penginjil yang melalui karyanya telah berhasil dalam mendorong sejumlah anak-anak Muslim menjadi kafir," Al-Akhbar mengutip keterangan juru bicara kelompok itu dari video tersebut yang tidak disiarkan seperti dilansir dari AFP, Rabu (27/1/2016).

Kepada AFP, seorang pejabat kantor berita mengatakan bahwa Al-Akhbar tidak punya rencana untuk mendistribusikan video tersebut. Ini adalah kali kedua Stockly diculik setelah sebelumnya penculikan atas dirinya dilakukan oleh pejuang Islam di Timbuktu pada bulan April 2012.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu pekerja sosial yang tinggal di daerah Timbuktu selama bertahun-tahun mengatakan saat itu Stockly menjadi orang barat terakhir yang tinggal di kota gurun tersebut. Ia menolak untuk meninggalkan kota ketika Timbuktu jatuh ke tangan pemberontak Islam Ansar Dine pada tanggal 1 April tahun lalu.

Dua minggu kemudian, pasukan khusus dari Burkina Faso menyapu bersih pemberontak Mali dari Timbuktu. Stockly kemudian dibawa bersama 24 orang sandera ke wilayah Sahel.

Kemudian 20 orang dari mereka dikirim ke beberapa cabang Al-Qaeda seperti di Afrika Utara, Maghreb Islam (AQIM), dan kelompok Islam lain yaitu Gerakan untuk Persatuan dan Jihad di Afrika Barat (MUJAO). Hampir semua dari sandera dibebaskan, namun tiga sandera asing tetap ditahan.

Adapun ketiga sandera tersebut berasal dari Afrika Selatan, Swedia, dan seorang warga asal Rumania. Setelah penculikan Stockly tahun 2012, Kementerian Luar Negeri Swiss mengatakan, dia dan beberapa lainnya tetap tinggal di Mali. (yds/dnu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads