Tragedi MH17 Bangkitkan Ingatan Akan Penembakan Korean Airlines 1983

Tragedi MH17 Bangkitkan Ingatan Akan Penembakan Korean Airlines 1983

- detikNews
Rabu, 23 Jul 2014 12:56 WIB
Ilustrasi (Thinkstock)
Seoul -

Tragedi Malaysia Airlines (MAS) MH17 membangkitkan kembali ingatan akan insiden tragis serupa tahun 1983 silam, ketika sebuah pesawat penumpang Korea ditembak jatuh oleh jet tempur Uni Soviet. Saat itu, Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan mengecamnya sebagai aksi pembantaian di udara.

Tidak jauh berbeda dengan MAS MH17, jumlah korban tewas pada tragedi pesawat Korean Airlines nomor penerbangan 007 tersebut mencapai 269 penumpang dan awak. Tidak ada yang selamat dan pesawat jatuh ke Laut Jepang usai ditembak.

Seperti dilansir AFP, Rabu (23/7/2014), persamaan antara dua tragedi tersebut benar-benar mengejutkan. Kedua pesawat sama-sama merupakan maskapai penerbangan dari Asia, yang ditembak oleh senjata militer dalam serangan, yang baik secara langsung maupun tidak langsung menyudutkan Rusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian juga, kedua tragedi sama-sama terjadi di tengah ketegangan antara AS dengan Uni Soviet, atau yang kini disebut Rusia. Hilangnya nyawa korban dalam tragedi tersebut dibayang-bayangi oleh aksi saling tuding antara sejumlah pihak.

Pada September 1983 lalu, pesawat KAL 007 tengah mengudara dari New York ke Seoul, via Alaska. Meskipun kronologi kejadian masih diperdebatkan, namun jelas diketahui bahwa pesawat tersebut terbang menyimpang dari jalurnya dan masuk ke wilayah udara Soviet.

Penyelidik internasional menyimpulkan bahwa masuknya KAL 007 ke wilayah udara Soviet merupakan insiden tidak disengaja. Pemicunya yakni autopilot pesawat diatur dalam modus yang salah.

Angkatan Udara Soviet saat itu, mengerahkan dua jet tempur Sukhoi Su-15 untuk mencegat KAL 007 yang dianggap melanggar wilayah udaranya. Kepada CNN dalam wawancara tahun 1998 lalu, salah satu pilot jet tempur Soviet, Gennadi Osipovich menjelaskan apa yang terjadi saat itu.

"Saya bisa melihat dua baris jendela, yang menyala. Saya sempat bertanya-tanya apakah itu pesawat sipil, tapi saya tidak punya waktu untuk berpikir," tuturnya.

Menurut Osipovich, jet tempurnya sempat melepas tembakan peringatan, tapi tidak ada respons. Komando yang diberikan padanya saat itu adalah menembak jatuh pesawat. "Perintah bagi saya untuk menghancurkan penyusup. Saya menjalankan misi saya," ucap Osipovich.

Hasil penyelidikan internasional terhadap tragedi KAL 007 menunjukkan bahwa rudal yang diluncurkan oleh Osipovich merusak pesawat secara fatal, tapi tidak meledakkannya. Pesawat tersebut terbang dalam kondisi darurat dekompresi dengan pola spiral yang semakin lama semakin ke bawah, selama 12 menit.

Para ahli meyakini bahwa sebagian besar penumpang masih sadar sepenuhnya hingga pesawat terjun ke dasar lautan. Seluruh penumpang dan awak pesawat, termasuk 105 warga Korsel dan juga 62 warga AS tewas.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads