Pejabat Informasi Malaysia Bela Penanganan MH370 yang Banyak Dikritik

Pejabat Informasi Malaysia Bela Penanganan MH370 yang Banyak Dikritik

- detikNews
Kamis, 03 Apr 2014 17:43 WIB
Dato Haji Ibrahim Abdul Rahman (ABC News)
Perth - Pejabat tinggi pada Departemen Informasi Malaysia memberikan pembelaan bagi pemerintah Malaysia dalam penanganan hilangnya pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH370. Tidak jelasnya informasi mengenai MH370 membuat pemerintah Malaysia dihujani kritikan oleh publik.

"Kami hanya berharap agar media asing tidak terlalu membesar-besarkan insiden ini, dengan demikian, itu menjadi negatif dan akan melukai perasaan keluarga penumpang... jadi hanya fakta jelas, sebagai contoh," ucap Direktur Jenderal Departemen Informasi Malaysia, Dato Haji Ibrahim Abdul Rahman, seperti dilansir abc.net.au, Kamis (3/4/2014).

Dengan adanya informasi berbeda dan simpang siur tentang MH370, telah memicu kebingungan dan kemarahan keluarga penumpang. Hal ini diperburuk dengan adanya salah informasi dan inkonsistensi.

Tidak lama setelah MH370 hilang kontak pada 8 Maret lalu, otoritas Malaysia dengan yakin mengungkapkan bahwa kata-kata terakhir dari kokpit adalah "all right, good night". Tapi pekan ini, hal tersebut tiba-tiba direvisi dan diungkapkan bahwa kata-kata terakhir MH370 berbunyi: "good night, Malaysian three seven zero".

Menanggapi hal tersebut, Ibrahim sendiri mengaku tidak tahu bagaimana bisa ada kesalahan. "Saya tidak begitu mengetahui persis apa yang sebenarnya terjadi pada tim komunikasi, kenapa bisa berbeda. Mungkin saat itu, hanya dilaporkan secara verbal kepada tim dan sekarang semuanya ditranskrip satu per satu," ujarnya.

Ketika ditanya apakah tidak seharusnya pemerintah Malaysia mencari fakta sebelum merilis informasi kepada publik, Ibrahim menyatakan situasi seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya.

"Kami belum pernah mengalami hal semacam ini ketika tidak ada kejelasan, bukti konkret, yang berkaitan dengan insiden ini yang bisa kita ungkapkan. Tentu saja, ada asumsi tertentu yang kami susun, asumsi tim investigasi, yang kemudian muncul menjadi sebuah perspektif berbeda," terangnya.

"Kami juga mengalami dilema. Apa yang diungkapkan (di media), semua hanya asumsi. Ada teori-teori mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Tentu saja tidak ada yang konkret," imbuh Ibrahim.

Dalam kesempatan ini, Ibrahim juga membantah isu bahwa pemerintah Malaysia melakukan blacklist terhadap media-media tertentu yang menyampaikan laporan tidak sesuai dengan yang disampaikan. "Kami tidak melakukan blacklist atau hal semacam itu... ini merupakan media yang terbuka, bebas, media yang transparan," tandasnya.

(nvc/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads