"Sangat menyedihkan bagi kami melihat begitu banyak orang tak berdosa terluka akibat tindakan tak berperasaan semacam ini. Sebagai satu keluarga, kami tentu saja merasa hancur atas rasa kehilangan dan menyesali karena ini semua terjadi," demikian pernyataan Ailina dan Bella Tsarnaev, melalui kantor jaksa wilayah New Jersey, seperti dilansir CBS News, Rabu (24/4/2013).
"Kami tidak punya jawabannya, tapi kami menanti penyelidikan yang masih berlangsung dan berharap semuanya terkuak. Kami meminta media untuk menghormati privasi kami selama masa-masa sulit ini," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan ini merupakan komentar pertama yang disampaikan keduanya sejak penangkapan adik mereka, Dzhokhar pada Jumat (19/4) lalu di Watertown, Massachusetts. Pada Jumat (19/4) pagi, setelah Tamerlan dinyatakan tewas dan Dzhokhar masih dalam pengejaran, Ailina sempat memberi pernyataan singkat soal kakak laki-lakinya, Tamerlan kepada media setempat.
Saat itu, Ailina menyebutkan kakaknya sebagai seorang pria yang baik dan penyayang. "Saya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka," ucapnya melalui pintu apartemen yang hanya terbuka sedikit.
"Pada akhirnya, tidak seorangpun tahu kebenarannya," imbuhnya saat itu.
Beberapa hari lalu, FBI sempat menggeledah apartemen yang ditinggali Ailina dan Bella. Sebuah komputer disita dari apartemen tersebut, namun tidak diketahui lebih lanjut apa isi komputer tersebut.
Secara terpisah, Kepala Kepolisian West New York, Michael Indri menyatakan, Ailina mengatakan pada FBI bahwa dirinya sudah sejak lama tidak pernah berkomunikasi dengan Tamerlan dan Dzhokhar yang tinggal di negara bagian yang berbeda.
Orangtua kedua tersangka bom Boston, Anzor (47) dan Zubeidat Tsarnaev (45) memiliki empat anak. Selain Tamerlan dan Dzhokhar yang merupakan tersangka bom Boston, masih ada dua anak perempuan lainnya, yakni Ailina dan Bella yang juga tinggal di AS. Keluarga ini berasal dari Chechnya, Rusia.
(nvc/ita)