Suasana di Myanmar semakin mencekam buntut krisis yang melanda usai kudeta militer menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu. Ledakan demi ledakan akibat serangan roket hingga bom terus terjadi.
Sejumlah bom meledak di Yangon, kota terbesar Myanmar ketika para pengunjuk rasa menggelar aksi demo singkat untuk menentang junta militer yang telah memegang kekuasaan selama tiga bulan. Negara itu pun telah berada dalam kekacauan.
Kudeta militer tersebut memicu perlawanan rakyat besar-besaran, yang coba ditumpas oleh pihak berwenang dengan mengerahkan kekuatan mematikan dan peluru tajam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (1/5/2021), ketika Myanmar memasuki bulan keempat di bawah kekuasaan militer pada hari Sabtu (1/5), para pengunjuk rasa di pusat komersial Yangon-pusat kerusuhan dengan banyak personel keamanan-melakukan aksi demonstrasi kilat, berbaris cepat di jalan-jalan untuk menghindari konfrontasi dengan polisi dan tentara.
"Kita memiliki kebenaran. Hanya kebenaran yang akan menang," demikian bunyi spanduk yang dikibarkan para pengunjuk rasa saat mereka berbaris dengan cepat melintasi kawasan, menunjukkan salam hormat tiga jari untuk menantang junta.
Di kota Insein, Yangon, ledakan bom meledak sekitar pukul 10 pagi di dekat sekolah setempat, kata seorang penduduk yang tinggal di dekatnya.
"Beberapa pasukan keamanan datang untuk memeriksa daerah ledakan, tetapi saya hanya mengawasi dari jauh dari rumah saya karena saya khawatir mereka akan menangkap saya," katanya kepada AFP, seraya menambahkan bahwa dia melihat asap membubung.
Pada sore hari, dua ledakan bom lagi terjadi di Yankin, lebih jauh ke selatan, menurut penduduk setempat yang tinggal di kota pemukiman yang rindang.
"Saya mendengarnya dari tempat saya, saya kira itu guntur," kata seorang warga kepada AFP, seraya menambahkan bahwa ledakan itu membuat pasukan keamanan gelisah.
Masih belum jelas apakah ada yang terluka akibat ledakan itu. Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas bom - yang meledak dengan frekuensi yang meningkat di Yangon tersebut.
"Mereka (junta) telah membuat orang hidup dalam ketakutan dan itu bagus untuk membuat mereka gelisah juga," kata warga Yankin itu.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:
Para penyerang tak dikenal juga melancarkan serangan terhadap dua pangkalan udara militer Myanmar. Ledakan dilaporkan terjadi di salah satu pangkalan udara dan serangan roket terpantau di pangkalan militer lainnya.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (29/4), tidak diketahui apakah ada korban jiwa akibat serangan itu. Juru bicara militer Myanmar belum memberikan komentar resminya.
Laporan media lokal, Delta News Agency, menyebutkan bahwa serangan pertama terjadi di sebuah pangkalan udara dekat kota Magway pada Kamis (29/4) pagi waktu setempat. Tiga ledakan dilaporkan mengguncang pangkalan udara militer Myanmar di wilayah tersebut.
Pemeriksaan keamanan di ruas jalanan sekitar pangkalan udara ditingkatkan usai ledakan terjadi.
Serangan kedua terjadi di salah satu pangkalan udara utama di Meiktila, sebelah timur laut Magway. Laporan wartawan setempat yang ada di dekat lokasi menyebut ada lima roket yang ditembakkan ke pangkalan udara tersebut.
Dalam video yang diposting wartawan setempat bisa terdengar suara roket mengudara di atas kepala yang diikuti dengan suara ledakan. Reuters belum bisa memverifikasi keaslian video tersebut.
Sejak pemerintahan Aung San Suu Kyi dilengserkan militer dalam kudeta, unjuk rasa menyelimuti berbagai wilayah Myanmar. Militer mengerahkan kekerasan dalam menindak para demonstran, yang menurut kelompok aktivis setempat telah menewaskan sedikitnya 756 orang. Meskipun junta mencatat jumlah kematian yang jauh lebih rendah.
Sementara itu, pertempuran antara militer Myanmar dan kelompok etnis bersenjata juga meningkat sejak kudeta terjadi. Militer Myanmar beberapa kali melancarkan serangan udara di wilayah perbatasan utara dan timur.