Jakarta - Kematian George Floyd picu gelombang protes anti-rasisme. Sejumlah patung tokoh terkenal pun jadi sasaran vandalisme saat gelaran aksi protes itu berlangsung.
Foto
Deretan Patung Ini Jadi Sasaran Vandalisme Demonstran George Floyd

Seorang demonstran berdiri di depan patung mantan Perdana Menteri Britania Raya, Winston Churchill yang menjadi sasaran aksi vandalisme saat aksi Black Lives Matter digelar di kawasan London, pada Minggu (7/6) lalu. AP Photo/Frank Augstein.
Usai menjadi sasaran aksi vandalisme, petugas pun membersihkan coretan-coretan yang menghiasi patung Churchill pada Senin (8/6) lalu. Seperti diketahui, aksi Black Lives Matter digelar di sejumlah negara di dunia sebagai aksi protes atas kematian seorang pria kulit hitam AS, George Floyd, di tangan oknum polisi di kawasan Minneapolis, Amerika Serikat, beberapa waktu lalu. Gelombang protes atas kematian Floyd terjadi karena kematiannya dianggap sebagai salah satu bentuk tindakan rasis. Aaron Chown/PA via AP.
Patung mantan Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln pun turut menjadi sasaran aksi vandalisme saat sejumlah demonstran turun ke jalan di kawasan London, Inggris, untuk mengikuti aksi Black Lives Matter, pada Sabtu (6/6) lalu. AP Photo/Alberto Pezzali.
Seorang anggota gerakan Indian-Amerika menginjak patung Christopher Columbus yang berada di kawasan Minnesota, Amerika Serikat. Patung Christoper Columbus itu diketahui dirobohkan oleh para demonstran yang menggelar aksi terkait tewasnya George Floyd. Patung itu dirobohkan dengan melilitkan tali tambang ke patung perunggu setinggi 3 meter tersebut. Evan Frost/Minnesota Public Radio via AP.
Perobohan patung Christopher Columbus itu dilakukan oleh para demonstran karena mereka menganggap Columbus sebagai simbol pelaku genosida terhadap warga asli Amerika, yakni Suku Indian. Evan Frost/Minnesota Public Radio via AP.
Patung Jenderal Konfederasi Robert E. LeeΒ juga menjadi sasaran aksi vandalisme. Patung salah satu tokoh yang terlibat dalam Perang Saudara Amerika itu tampak dipenuhi dengan coretan saat dipotret oleh seorang fotografer pada Jumat (5/6) lalu. AP Photo/Steve Helber.
Seorang petugas sedang membersihkan patung Ratu Victoria yang dipenuhi dengan coretan bertuliskan 'BLM', 'pembunuh' dan 'pemilik budak' di kawasan Woodhouse Moor, Leeds, Inggris, Rabu (10/6/2020) waktu setempat. Patung Ratu Victoria turut jadi sasaran aksi vandalisme setelah serangkaian protes terkait Black Lives Matter terjadi di Inggris selama akhir pekan. Danny Lawson/PA via AP.
Patung Robert Milligan, yang diketahui merupakan seroang pedagang budak sekaligus pengusaha kebun gula di Inggris turut menjadi sasaran aksi vandalisme saat aksi Black Lives Matter diselenggarakan di kawasan London, Inggris. Renne Bailey/PA via AP.
Buntut dari aksi Black Lives Matter yang berlangsung di Inggris beberapa waktu belakangan ini membuat sejumlah patung di Negeri Ratu Elizabeth II diturunkan. Patung Robert Milligan yang berada di halaman Museum London Docklands pun jadi patung kedua yang diturunkan di Inggris setelah sebelumnya demonstran anti-rasisme merobohkan patung Edward Colston, yang juga merupakan pedagang budak di masa silam. Yui Mok/PA via AP.
Seorang warga mengambil foto patung Robert Viscount Melville yang menjadi sasaran aksi vandalisme di kawasan Edinburgh, Skotlandia, pada Rabu (10/6/2020) waktu setempat. Patung itu menjadi sasaran aksi vandalisme karena dianggap menjadi salah satu tokoh yang pro-kolonial dan perbudakan. Andrew Milligan/PA via AP.
Tumbangnya patung Edward Colston yang dilakukan demonstran anti-rasisme di Bristol menjadi sorotan publik. Patung itu ditumbangkan karena sang tokoh merupakan seorang pedagang budak di masa silam. AP Photo/Ben Birchall.
Usai dirobohkan, patung Edward Colston pun dilemparkan ke pelabuhan oleh para demonstran. AP Photo/Ben Birchall.
Patung Raja Leopold II dari Belgia yang berada di halaman Museum Kerajaan Afrika tengah di Tervuren, Belgia, pun turut menjadi sasaran aksi vandalisme oleh demonstran anti-rasisme dan anti-perbudakan. AP Photo/Virginia Mayo.
Dilansir dari AP Photo, Raja Leopold II yang memerintah dari tahun 1865 hingga 1909 itu kini semakin dipandang sebagai noda pada bangsa. Di masa kepemimpinannya dahulu, Raja Leopold II dianggap menjalankan pemerintahan yang brutal ketika menguasai Kongo ratusan tahun silam. Di masa itu, Raja Leopold II diketahui menerapkan kerja paksa hingga menewaskan jutaan orang dan dianggap sebagai salah satu upaya genosida. AP Photo/Virginia Mayo.