Filipina - Penambang emas tradisional harus bernafas dalam lumpur, di tengah rawa Paracale, Filipina. Tindakan nekat tersebut dilakukan tanpa peralatan standar keamanan.
Foto
Bernafas dalam Lumpur ala Penambang Emas Tradisional

Seorang pembeli menimbang emas yang dihasilkan penambang di Paracale, Filipina (22/3/2017). Daerah yang berada 350 km selatan Manila tersebut menjadi pertambangan rakyat yang dikelola secara tradisional. Menggali, membuat terowongan, mengambil lumpur dan tanah liat, menyaring di sungai untuk mendapatkan debu emas. Sehari bisa memperoleh seperempat gram debu emas senilai sekitar Rp70.000. Nilai itu cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari satu keluarga.
Keluarga Balderosdasco menyaring secara manual lumpur dan tanah dengan menggunakan air. Selain menggali terowongan dan memilah pasir, penambang setempat menyelam di dalam rawa-rawaΒ dengan bantuan udara dari pipa kompresor untuk bernafas.
Keluarga penambang tradisional menyiapkan peralatan sebelum mengumpulkan lumpur.Β Aktivitas ini didorong oleh kemiskinan tanpa pelatihan, perlindungan dan metode menghindari polusi secara efektif.
Keluarga Balderosdasco menikmati sebotol minuman keras setelah seharian bekerja di lubang lumpur di Paracale, Filipina.
Christian Balderosdasco (31) mandi dengan air rawa setelah seharian bernafas dalam lumpur.
Penambang menggunakan peralatan seadanya untuk untuk mengekstraksi partikel emas.
Christian Balderosdasco (31), penambang emas tradisional, ditarik ke permukaan setelah menyelam di dalam lumpur selama 3 jam.
Penambang memanggul selang kompresor. Selang ini untuk mengalirkan oksigen kepada penyelam di dalam lumpur.
Lumpur yang sudah diangkat kemudian disaring dengan peralatan seadanya.
Penambang menunjukan hasil pekerjaan mereka.