Jakarta - Pulau Miangas terlihat dekat sekali dengan Filipina dan agak jauh dari ujung utara Pulau Sulawesi. Inilah daerah terdepan Indonesia di bagian utara.
Foto
Selamat Datang di Miangas, Tapal Batas di Ujung Utara Indonesia

Berdasarkan direktori pulau-pulau kecil Indonesia Kementerian Kelautan dan Perikanan, pulau ikonik di Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara, ini memiliki luas 3,2 km persegi.
Namun, menurut data Badan Pusat Statistik, hanya perlu dua jam untuk berkeliling pulau ini.
Jarak Pulau Miangas ke ibu kota Kabupaten Kepulauan Talaud, yakni Melonguane, sejauh sekitar 60 mil laut, sedangkan jarak ke Manado sejauh 274 mil laut.
Peneliti bidang perkembangan politik internasional Sandy Nur Ikfal Raharjo, dalam tulisannya, 'Menilik Perbatasan Indonesia-Filipina: Pulau Miangas', menjelaskan perjalanan Miangas ke Davao, Filipina, bisa ditempuh hanya dalam waktu tiga jam memakai kapal nelayan tradisional.
Bila menengok ke belakang, Miangas bahkan pernah menjadi bagian dari Filipina. Waktu itu Republik Indonesia memang belum terbentuk. Yang ada adalah pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Di Filipina dulu, Miangas dikenal dengan nama Pulau Palmas. Belanda mengajukan masalah Miangas ke Mahkamah Arbitrase Internasional.
Kini Pemerintah Republik Indonesia tengah berusaha menunaikan kewajibannya untuk daerah terdepan ini. Tekad 'membangun dari pinggiran' sebagaimana tercantum dalam prinsip Nawacita Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla diwujudkan dalam pendirian bandara di sini.Β
Bandara Miangas, proyek Rp 320 miliar, telah rampung dan diresmikan Jokowi pada 19 Oktober 2016. Jokowi merupakan Presiden Indonesia pertama yang menginjakkan kaki di pulau yang dihuni suku Talaud ini. Dia bahkan membasuh wajahnya dengan air laut Miangas.
Adanya bandara ini membuat masyarakat yang tinggal di Pulau Miangas memiliki alternatif transportasi ke kawasan lain ke Indonesia. Masyarakat berharap tak lagi merasa seperti penduduk yang diasingkan.
Penjagaan pulau dan perairan di sekitar Miangas ini tentu penting bagi Indonesia. Sering nelayan-nelayan Filipina memasuki teritori ini.
Miangas adalah kawasan terdepan yang dianggap Indonesia perlu dijaga secara intensif. Pulau ini masih asri dan indah.
Di perairannya, ditemukan berbagai jenis ikan laut, seperti ikan layar, cakalang, ikan kulit pasir, lobster, teripang, dan ikan laut dalam.
Ada pula ketam kenari, yakni sejenis kepiting kelapa, berharga lebih mahal daripada lobster.
Penduduk di sini kadang masih harus membayar barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang lebih mahal. Bahan bakar minyak (BBM) di sini bisa mencapai Rp 20-30 ribu per liter.
Transportasi tentu perlu dibangun dan dikuatkan untuk mengikat rasa nasionalisme kawasan terdepan. Selain Bandara Miangas, yang baru dibangun, sebelumnya telah ada transportasi laut berupa tiga kapal, yang terdiri dari dua kapal perintis dengan jadwal layar ke Miangas dua kali sebulan, plus satu kapal Sangiang milik Pelni, yang dua kali sebulan ke Miangas.
Menurut BPS, penduduk Miangas pada 2015 sebanyak 775 jiwa. Dari 315 penduduk yang bekerja, sebanyak 41 persen bermata pencarian nelayan. Sebanyak 27 persen penduduk bekerja sebagai petani.