Merespon tarif tinggi 50% yang dikenakan Trump terhadap Brasil, Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, pada Rabu(13/8) mengumumkan akan memberikan dukungan kepada perusahaan eksportir yang 'terpukul' tarif tinggi AS dengan menawarkan kredit bantuan sebesar 20 miliar reais (80 triliun rupiah).
Selain itu pemerintah Brasil juga merencanakan penundaan pembayaran pajak bagi perusahaan yang terdampak tarif, dan memberikan insentif untuk pembelian barang-barang produksi dalam negeri yang kerap diekspor ke AS. Paket bantuan ini diberi nama "Sovereign Brazil" (red. Brasil yang berdaulat).
"Kita tidak boleh takut, gugup, dan cemas saat krisis," ujar Lula "Krisis adalah kesempatan bagi kita untuk menciptakan hal-hal baru," imbuhnya. Lula menegaskan bahwa tidak ada alasan kuat bagi administrasi Donald Trump memberlakukan tarif hingga 50% terhadap Brasil.
Mengapa Brasil dikenakan tarif tinggi?
Meski telah memberlakukan tarif resiprokatif pada 67 negara dengan besaran yang berbeda-beda, Brasil disasar dengan tarif tertinggi yakni 50%. Trump berdalih hal tersebut sebagai respon penangkapan sekutu politiknya yang berhaluan kanan, Jair Bolsonaro. Bolsonaro saat ini sedang menjalani proses hukum atas tuduhan kudeta setelah kekalahannya dalam pemilihan presiden 2022.
Presiden AS mendukung klaim sekutunya Bolsonaro, dengan mengatakan bahwa pemerintah kiri yang berkuasa saat ini melakukan "pelanggaran hak asasi manusia."
"Sekarang AS menyoal hak asasi manusia di Brasil… Kita harus melihat apa yang terjadi di negara yang menuduh Brasil," tambah Lula, menyindir kebijakan dalam negeri Trump. Lula menambahkan, ia mempercayai independensi peradilan Brasil dalam memproses kasus Bolsonaro, sedang Menteri Keuangan Brasil, Fernando Haddad menyatakan negerinya sedang "dihukum karena bersikap lebih demokratis daripada sang agresor."
Masih membuka pintu negosiasi
Pemimpin Brasil sejauh ini menahan diri untuk 'berbalas tarif' dengan Amerika Serikat, mengatakan pihaknya tidak tertarik untuk "memperburuk hubungan kita dengan AS."
"Kami tidak ingin konflik. Saya tidak ingin konflik dengan Uruguay, Venezuela, atau bahkan AS. Satu-satunya hal yang perlu kami tuntut adalah kedaulatan kami tidak boleh diganggu, dan tidak ada yang boleh campur tangan dalam apa yang harus kami lakukan," tegas Lula.
Merespon tarif tinggi Trump, pada awal Agustus lalu, Brasil turut mengambil langkah penyelesaian sengketa lewat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dengan mengajukan permintaan konsultasi perundingan bilateral. Kedua negara harus melakukan perundingan bilateral dalam 60 hari pasca pengajuan. Jika tahap ini gagal, Brasil dapat mengajukan permohonan pembentukan panel WTO untuk memutus perkara.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Sorta Caroline
Editor: Agus Setiawan
Tonton juga video "Dikenakan Tarif 50%, Presiden Brasil Ogah Telepon Trump" di sini:
(ita/ita)