Tangkap Buruh Migran dengan Dalih Pandemi Corona, Malaysia Dikecam PBB

Tangkap Buruh Migran dengan Dalih Pandemi Corona, Malaysia Dikecam PBB

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Sabtu, 23 Mei 2020 15:20 WIB
New York -

Utusan khusus PBB untuk Hak Migran mengecam tindak pemerintah Malaysia menggerebek kantung-kantung migran ilegal dengan dalih pencegahan wabah. Menurutnya pendekatan kekerasan tidak membantu meredam penyebaran virus Corona.

"Gelombang penggerebekan dan kampanye kebencian sangat merugikan upaya memerangi pandemi di dalam negeri," kata Felipe Gonzales Morales kepada Reuters.

PBB menilai kebijakan Kuala Lumpur hanya menciptakan rasa takut di kalangan kaum migran, termasuk mereka yang menetap secara legal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun pemerintah Malaysia bergeming. Kementerian Kesehatan sebaliknya mengabarkan pihaknya menemukan beberapa "kluster" COVID-19 di kantung-kantung pemukiman buruh migran.

ADVERTISEMENT

Perang melawan wabah di kantung pengungsi

Jumat (22/5) Kemenkes melaporkan 35 kasus baru usai menggerebek sebuah pusat penampungan imigrasi di Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Sebanyak 645 dikabarkan ditahan aparat keamanan.

"Sumber penularan masih diselidiki. Kami harus menginvestigasi secara teliti sebelum membuat pernyataan apapun," kata Direktur Jendral Kementerian Kesehatan, Noor Hisham Abdullah.

Dia mengatakan dari 35 kasus positif di Bukit Jalil, 17 orang berasal dari Myanmar, 15 dari India dan tiga orang yang masing-masing berasal dari Sri Lanka, Bangladesh dan Mesir.

Rabu (20/5) lalu, pemerintah juga menangkap 200 migran dari Bangladesh dan Indonesia di Kuala Lumpur.

Sejauh ini otoritas Malaysia sudah mengurung lebih dari 1.800 migran dari dua aksi penggerebekan. Selama wabah, jiran di utara itu mencatat lebih dari 7.000 kasus penularan dengan 114 angka kematian.

Sentimen xenofobia di tengah wabah

PBB sebaliknya beralasan, menahan migran di tengah wabah justru merugikan upaya mengendalikan penyebaran virus. "Dalam situasi semacam itu mereka akan semakin takut keluar untuk menjalani tes atau pergi berobat, bahkan jika mereka memiliki gejala virus corona," kata Felipe Morales.

Migran yang ditahan termasuk anak-anak dan pengungsi Rohingya asal Myanmar, tuduh PBB.

Menurut laporan The Guardian, aksi penggerebekan terhadap migran illegal turut diiringi tuduhan miring bernada xenofobia terhadap komunitas warga asing, terutama pengungsi Rohingya.

Kampanye anti asing itu juga membidik aktivis kemanusiaan dengan membeberkan data dan foto pribadi mereka di internet. Akibatnya kaum yang cenderung miskin dan termarjinalkan itu kian kesulitan mengakses bantuan kemanusiaan.

Menteri Dalam Negeri Hamzah Zainuddin pernah menerbitkan pernyataan yang menyebutkan etnis Rohingya sebagai "imigran ilegal" di Malaysia yang tidak mengakui "hak suaka".

Menurutnya pengungsi Rohingya "tidak memiliki status, hak atau dasar untuk mengajukan tuntutan kepada pemerintah".

Dalam pernyataannya PBB juga meyakini "rasa takut terhadap penangkapan bisa mendorong kelompok ini untuk bersembunyi," dan meningkatkan "risiko penyebaran COVID-19".

Rzn/ (dpa, rtr, bbc, guardian)

(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads