Pada April 2008 lalu, pemilu digelar dan diputuskan perubahan sistem pemerintahan ini. Optimisme muncul, meskipun para penentang juga tidak kalah banyak.
"Ini merupakan sejarah baru di Nepal setelah sekian lama rakyat memperjuangkannya," ujar pemimpin Maoist Nepal Prachanda seperti dirilis Reuters, Rabu (28/5/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berakhirnya sistem kerajaan yang sudah 239 tahun dianut Nepal, merupakan bentuk kompromi dengan pemberontak Maoist, yang kini justru menjadi partai terbesar di Nepal dan mempunyai wakil mayoritas di parlemen dari 601 total jumlah anggota parlemen.
Kondisi keamanan di Nepal saat ini mulai mengkhawatirkan, setelah terjadi ledakan di beberapa tempat. Diduga, pihak pendukung mantan Raja Gyanendra yang melakukan aksi ini. Mereka pun mengancam akan melakukan aksi besar-besaran untuk menolak perubahan sistem pemerintahan ini.
Para pendukung Gyanendra masih menyimpan dendam atas digulingkannya raja mereka. Gyanendra oleh penganut Hindu selama ini dianggap sebagai Dewa Wisnu, Tuhan perlindungan. (anw/gah)