Aiptu M Nur Cahyo telah mengabdi lama di pedalaman Kalimantan Tengah sebagai Bhabinkamtibmas Tumpang Darap, Seruyan Hulu, Polres Seruyan. Salah satu dedikasi yang dia lakukan yaitu bekerja sama dengan warga untuk menghadirkan air bersih.
Atas pengabdian panjangnya, Nur Cahyo diusulkan Polres Seruyan dalam program Hoegeng Corner 2025. Dia juga menerima penghargaan dari Kapolres Seruyan atas perannya dalam mensosialisasikan penerimaan Polri di daerah pedalaman, serta atas dedikasinya yang aktif melakukan kegiatan di wilayah binaan.
Aiptu Nur Cahyo sudah bertugas di Seruyan selama kurang lebih 22 tahun. Saat awal masa tugasnya, akses jalan dan internet masih sulit di Desa Tumpang Darap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah sekarang, dari 2010-2013, akhirnya itu ada bikin jalan tembus, alhamdulillah sungai bisa, darat juga bisa. Ya sinyal ini pun baru bisa di tahun 2018, 2019, 2020, abis Covid sudah mulai lancar," kata Nur Cahyo dalam perbincangan dengan detikcom beberapa waktu lalu.
Aiptu Nur Cahyo Foto: Dok Ist |
Desa Tumbang Darap yang menjadi wilayah binaan Nur Cahyo ini sebenarnya lebih dekat ke Kalimantan Barat. Jaraknya ke provinsi tersebut memakan waktu sampai 5 jam.
Sedangkan waktu yang ditempuh dari Polres Seruyan sekitar 13 sampai 15 jam. Adapun jarak dari Polsek Seruyan Hulu ke desa binaan yang melewati sungai sekitar 4 sampai 5 jam.
"Jadi masyarakat di sini lebih banyak belanja atau masalah ekonomi itu ke Kalbar," kata Nur Cahyo.
Nur Cahyo juga sebenarnya berasal dari Kalbar, tapi kini sudah menetap di Seruyan Hulu. Selain ditugaskan menjadi Bhabinkamtibmas, dia juga bertugas sebagai kepala pos batas.
"Karena memang keluarga istrinya dekat polsek, ditempatkan akhirnya kembali lagi," ujar dia.
Sebelum ditugaskan menjadi Bhabinkamtibmas sejak 2020, Nur Cahyo beberapa kali dimutasi ke tempat tugas lain. Mayoritas penugasan terkait bidang pembinaan masyarakat.
"Memang di Binmas karena kita Dikjur dari 2007 untuk pelatihan Polmas. Sejak Polmas dibentuk kita sudah dikirim Polsek atau Polres untuk pelatihan di Polda," ujar dia.
Selain akses jalan, tantangan lain yang dihadapi polisi di pedalaman Seruyan Hulu yaitu masalah sumber daya manusia. Polsek Seruyan Hulu tercatat mempunyai 29 desa binaan, namun jumlah anggota hanya 13 orang.
"Karena jumlah anggota Polsek kita hanya 13, sedangkan jumlah desa binaan 29 desa. Jadi kita ditugaskan untuk mengcover desa-desa yang tidak ada bhabinnya," katanya.
Aiptu Nur Cahyo Foto: Dok Ist |
Nur Cahyo sendiri mempunyai tiga desa pantauan, selain Desa Tumpang Darap yang menjadi wilayah binaannya. Pada 2024 dan 2025, dia mendapatkan penghargaan karena sering melakukan kegiatan di sejumlah desa tersebut meskipun jaraknya sangat jauh.
"Jadi dalam satu bulan, bisa 21 kegiatan atau lebih," ucap Nur Cahyo.
Lebih lanjut, Nur Cahyo menceritakan program di wilayah binaannya di Desa Tumpang Darap untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Dia ikut membantu BUMDes dalam program ayam bertelur.
"Ini prosesnya jadi melalui BUMDes ini mengelola, dibikin kandang jadi ada direktur dan apanya yang mengelola ini pengurusnya dan hasilnya disampaikan kepada masyarakat," ujarnya.
Program tersebut sudah berjalan sekitar dua bulan lebih. Nur Cahyo berharap program tersebut dapat meningkatkan perekonomian warga desa setempat dan desa sekitarnya.
"Mungkin itu supaya nanti Desa Tumpang Darap bisa mengcover atau membantu desa lainnya yang BUMDes-nya berbeda," ujar dia.
Dedikasi lain yang dilakukan Nur Cahyo yaitu membantu dalam mengalirkan air bersih ke rumah-rumah warga. Hal itu didasari oleh temuan bahwa banyak masyarakat yang mengalami kekurangan air.
Nur Cahyo kemudian melihat ada mata air yang jaraknya sekitar 7-8 kilometer dari desa. Nur Cahyo bersama perwakilan warga lalu melakukan survei ke lokasi tersebut selama tiga hari.
"Itu untuk memastikan itu layak untuk dikonsumsi, kedua bagaimana mengatur untuk masalah pengalirannya karena harus membikin bendungan," ujar Cahyo.
Sampel air tersebut kemudian diuji di laboratorium. Nur Cahyo meminta bantuan kepada tim dari Universitas Tanjungpura yang juga sedang melakukan penelitian tentang air di sekitar wilayah tersebut.
"Hasil dari air tersebut pernah kita masukkan ke lab untuk bahwa ini bisa dikonsumsi walaupun ini harus dimasak dulu," imbuh Nur Cahyo.
Akhirnya setelah melalui proses, air tersebut bisa dimanfaatkan oleh warga. Saat itu, Nur Cahyo gotong royong bersama warga untuk membuat bendungan yang mengalirkan air ke kampung.
"Jadi kita bikinkan bendungan bersama-sama masyarakat, gotong royong menggunakan pipa. Akhirnya air bisa mengalir ke kampung gitu ke desa tersebut," ucap Nur Cahyo.
"Jadi swadaya gotong royong, selain dibantu dana desa, kita gotong royong. Masyarakat yang kita gunakan yang punya keahlian, kita gunakan untuk itu bersama-sama untuk membangun itu," sambungnya.
Meskipun demikian, penggunaan air saat ini masih dilakukan secara bergiliran lantaran tempat penampungan yang masih kecil. Sebanyak 308 KK dari berbagai RT merasakan manfaat dari aliran air bersih tersebut.
"Masyarakat sekarang tidak perlu repot lagi ke sungai," ujar dia.
Dari berbagai pengabdiannya di pedalaman tersebut, dia berharap akses jalan di wilayah binaannya ke depan semakin baik. Selain itu, dia juga berharap program BUMDes dan kegiatan lainnya dapat meningkatkan perekonomian warga desa sehingga tidak perlu pergi lagi ke Kalbar.
Simak juga Video: Pramono Targetkan Cakupan Air Bersih di Jakarta Capai 90% di 2027













































