Brigpol Hana Atasi Masalah Limbah di Serang Jadi Kerajinan Tas-Pupuk Kompos

Hoegeng Corner 2025

Brigpol Hana Atasi Masalah Limbah di Serang Jadi Kerajinan Tas-Pupuk Kompos

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Jumat, 05 Des 2025 10:28 WIB
Brigpol Hana Atasi Masalah Limbah di Serang Jadi Kerajinan Tas-Pupuk Kompos
Brigpol Hana Heriyana ubah limbah jadi kerajinan tas dan pupuk kompos (Foto: dok. Istimewa)
Jakarta -

Bhabinkamtimbas Desa Tegalmaja, Brigpol Hana Heriyana, memanfaatkan kotoran sapi hingga limbah kertas hingga menghasilkan nilai ekonomi. Dia mengajak warga Desa Tegalmaja, Serang, Banten, untuk memanfaatkan limbah tersebut untuk menambah penghasilan.

Atas inovasi membuat pupuk kompos dan kerajinan tas, Brigpol Hana diusulkan untuk Hoegeng Corner 2025 oleh Polres Serang. Brigpol Hana menjadi Bhabin di Desa Tegalmaja sejak 3 tahun yang lalu.

Hana mengatakan mayoritas warga desanya memiliki peternakan kerbau. Hal ini menimbulkan masalah karena kotoran kerbau mengganggu kenyamanan warga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berawal dari persoalan lingkungan, jadi antara masyarakat yang memiliki hewan kerbau dan juga yang tidak ada sedikit perselisihan di lingkungan itu, sikat cerita warga yang tidak memiliki hewan ternak itu komplain karena baunya dan mengotori lingkungan juga," kata Hana saat berbincang dengan detikcom, Selasa (11/11/2025).

ADVERTISEMENT

Hana memutar otaknya untuk mengatasi masalah warga tersebut. Dia akhirnya mengusulkan kepada Kepala Desa Agar kotoran sapi itu dimanfaatkan menjadi pupuk kompos.

"Kemudian saya bicarakan sama kepala desa, alhamdulillah Pak Kepala Desa satu visi dengan saya, kita ubahlah konflik sosial yang ada di lingkungan menjadi produk yang menghasilkan, terutama untuk masyarakat," tutur Hana.

Pengolahan pupuk kompos ini sudah berjalan satu tahun. Brigpol Hana juga mengajak warga yang tidak memiliki pekerjaan untuk terlibat dalam pembuatan pupuk kompos ini.

"Alhamdulillah saya dikasih izin sama Bapak Kepala Desa untuk tempat produksi di rumah Pak Kepala Desa, karena ada lahan yang cukup untuk mengelola itu," ujar dia.

Brigpol Hana kemudian membeli kotoran hewan kerbau dari warga dengan harga Rp 5 ribu per karung. Kotoran kerbau kemudian dicampur dengan beberapa bahan baku lainnya hingga menjadi pupuk kompos.

"Awalnya dari masyarakat dikumpulkan ke kita, per karung kita hargai Rp 5 ribu, kita tampung lalu kita masuk proses produksi. Kita dengan nerima dari masyarakat dengan catatan bahan baku sudah kering," kata dia.

"Produksinya itu pertama kita masukan penggilingan, dicampur bahan baku lainnya, seperti sekam, jerami, molase, serta kapur pertanian. Setelah proses penggilingan kita fermentasi selama 2 minggu, baru kita masuk pengemasan," ucap dia.

Brigpol Hana Heriyana ubah limbah jagi kerajinan tas dan pupuk komposBrigpol Hana Heriyana oleh kotoran kerbau jadi pupuk kompos (Foto: dok. Istimewa)

Setelah proses produksi selesai, pupuk kompos akan dikemas dengan karung 10 kg dengan harga Rp 20 ribu, plastik 1 kg pupuk kompos biasa seharga Rp 10 ribu dan kemasan 1 kg pupuk kompos premium dengan harga Rp 20 ribu.

"Kalau omzet kita per bulan nggak tentu, tapi alhamdulillah sementara ini dari awal buka sampai hari ini kita sudah bisa menjual lebih dari 30 ton," ucap dia.

Brigpol Hana menambahkan bahwa distribusi pupuk kompos dini juga dibantu oleh Kapolres Serang. Dia menyebut pupuk kompos tersebut digunakan oleh petani lokal.

"Kita disupport Bapak Kapolres, Bapak Kapolres membeli produk kita yang mana produk kita disumbangkan kepada petani yang ada di Serang. Alhamdulillah respons petani yang ada di wilayah hukum kita baik, dari mulai hasil dan peningkatan kesuburan tanah meningkat drastis," katanya.

Brigpol Hana mempelajari cara membuat pupuk kompos ini secara otodidak. Sementara modal awal pembuatan pupuk kompos ini berasal dari dana pribadi Hana dan batuan Kepala Desa Tegalmaja.

"Awalnya kita kewalahan dengan mesin seadanya produksi kurang maksimal. Akhirnya dibantu secara finansial sama Pak Kapolres, kita setting ulang mesin tersebut, alhamdulillah sekarang 1 hari itu kalau bahan baku tersedia dan cuaca bagus kita bisa produksi 1 hari 2 ton," ucap dia.

Sejauh ini, kata Hana, hasil pupuk kompos ini cukup untuk memenuhi biaya produksi, upah 1 karyawan dan membantu masyarakat yang membutuhkan.

"Kita tidak memikirkan untuk hasil penjualan awalnya, yang penting konsep kita ada untuk biaya produksi selanjutnya, toh memang kalaupun ada hasilnya itu juga nggak berapa sebenarnya, tetap kita pembagian sama bagian produksi yaitu masyarakat sendiri yang tidak memiliki pekerjaan, ya buat bantu-bantu aja awalnya. Kalau sekarang sampai sekarang masih 1 karyawan, tapi pelaksanaan kita kerja keroyokan aja," tutur dia.

Hana mengatakan produksi pupuk kompos ini bisa mengatasi masalah konflik terkait limbah kotoran kerbau di Tegalmaja. Selain, itu warga juga memiliki penghasilan tambahan.

"Dampak ke masyarakat langsung, masyarakat sangat berantusias, kalau dari masyarakat itu bahasanya 'lumayan Pak untuk nambah-nambah uang jajan anak'," ucap dia.

Kerajinan Tas dari Limbah Kertas dan Bambu

Brigpol Hana juga memanfaatkan limbah pabrik kertas menjadi kerajinan tangan. Dia menggandeng ibu-ibu di Desa Tegalmaja untuk membuat tas dari bahan baku limbah kertas tersebut.

"Kita jua punya kelompok pengrajin, lagi-lagi berasal dari limbah kertas dari perusahaan. Jadi dimanfaatkan, kita bantu pemasaran, pemilihan bahan baku juga. Untuk para pekerja itu kita arahkan ke kaum perempuan, ibu-ibu," ucap dia.

Kerajinan ini telah berlangsung sejak 3 tahun yang lalu. Brigpol Hana mulanya menghubungi pihak perusahaan bersama kepala desa untuk memanfaatkan limbah tersebut.

"Bahan baku tidak ada yang lirik, dibuang begitu saja oleh perusahaan. Jadi sisa limbahnya kita berpikir kenapa nggak dimanfaatkan," ucap dia.

Limbah kertas tersebut kemudian diolah menjadi produk tas. Biasanya satu produk tas bisa selesai dalam 3-4 hari.

"Ibu-ibu untuk pengrajin itu 50 orang yang kita berdayakan dan kita udah sering ikut event pameran," jelasnya.

Brigpol Hana Heriyana ubah limbah jagi kerajinan tas dan pupuk komposBrigpol Hana Heriyana ubah limbah jadi kerajinan tas dan pupuk kompos (Foto: dok. Istimewa)

Produk tas ini kemudian dipasarkan di koperasi desa. Setiap ada pemeran UMKN, produk ini juga dipamerkan.

"Harga rata-rata di 300 ribu. Mulai dari 200 sampai jutaan juga ada. Kemarin kita ikut event diundang atas nama Polri di pamaran di Expo Kemayoran, pertanian dan UKMK, makanya dua produk dari desa binaan saya itu kebawa semua," tutur dia.

Hana menambahkan bahwa pengolahan limbah itu berhasil meningkatkan perekonomian warga. Dia berharap hal ini bisa menurunkan angka kriminalitas.

"Alhamdulillah, kita berpikir kalau penghasilan masyarakat ada setidaknya kita bisa meminimalisir tindak kejahatan yang ada di desa kita. Alhamdulillah berkurang, jadi yang tadinya tidak ada kegiatan sekarang masyarakat punya kegiatan dan berpenghasilan," pungkasnya.




(lir/knv)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads