Hujan yang mengguyur Sumatera hingga menyebabkan bencana banjir hingga longsor merupakan anomali. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap bahwa Sumatera diguyur hujan sebulan dalam sehari.
BMKG awalnya menjelaskan bahwa di Sumatera bagian Utara terdampak fenomena Siklon Tropis Senyar. Hal ini sempat diprediksi BMKG sekitar delapan hari sebelumnya dan telah memberikan peringatan ke pemerintah setempat.
"Siklon Tropis Senyar itu sudah bisa kita prediksi sekitar delapan hari sebelum proses pembentukan siklon. Jadi di daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat itu Kepala Balai 1, Balai Besar BMKG Wilayah 1 itu sudah mengeluarkan warning delapan hari sebelumnya, diulang lagi empat hari sebelumnya, kemudian dua hari sebelumnya," kata Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani dalam rapat koordinasi di kantor Kemendagri, Jakarta Pusat, Senin (1/12).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia meminta para kepala daerah dapat segera merespons untuk bergerak meningkatkan kewaspadaan. Informasi itu juga agar dapat diberikan langsung kepada masyarakat.
"Sehingga ada beberapa kepala daerah juga yang menangkap informasi itu dan menyampaikan secara langsung kepada jajarannya di tingkat daerah," jelasnya.
Imbauan untuk Kepala Daerah
Menurutnya, peringatan dini Siklon Tropis menyebabkan curah hujan ekstrem dan ancaman bencana hidrometeorologis, yaitu longsor dan banjir serta banjir bandang. Jadi kepala daerah harus segera merespons dan mencermati setiap informasi yang ada.
"Mohon para kepala daerah juga berhati-hati dan mencermati informasi-informasi yang kami berikan melalui pos atau koordinator tiap provinsi. Ada lima balai besar yang kami miliki, itu memiliki wewenang untuk memberikan warning langsung ke provinsinya. Bisa diundang untuk diajak berdiskusi bagaimana persiapan-persiapan ancaman berikutnya itu bisa langsung diundang," kata dia.
Ada Anomali
Di sisi lain, Teuku menyebut Indonesia sebenarnya bukan daerah rawan siklon. Namun perubahan cuaca dan iklim tiba-tiba membuat Siklon Senyar di Selat Malaka menyebabkan hujan lebat dan bencana utara Sumatera.
"Tapi ternyata terjadi anomali, karena anomali atmosfer, kemudian cuaca, seruakan dingin dan sebagainya, sehingga terbentuklah yang kita kenal dengan Siklon Senyar di Selat Malaka," katanya.
Akibat anomali siklon itu, bencana besar terjadi di utara Sumatera. Meski kategori siklon rendah, tapi dampaknya besar.
"Dan pada saat yang sama Selat Malaka ini suhunya agak hangat, menaikkan hujan, awan hujan terbentuk cukup banyak, sehingga walaupun Siklon Senyar berkategori 1 paling rendah dari kategori 1 sampai 5, menimbulkan dampak bencana yang sangat besar," imbuh dia.
Hujan Sebulan dalam Sehari
BMKG kembali menyampaikan penjelasannya dalam Rapat Kerja dengan Komisi V DPR RI. Ketua Komisi V DPR RI Lasarus mengatakan bencana di Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat anomali lantaran hujan satu bulan turun dalam waktu sehari.
"Paling tidak Basarnas bisa menyampaikan sejauh mana upaya operasi pencarian yang dilakukan, terutama untuk 300 lebih korban yang masih belum ditemukan sampai hari ini. Demikian juga BMKG nanti juga turun disampaikan Pak ya. Ini fenomena apa ini?" kata Lasarus dalam dalam rapat di DPR, Senin (1/12).
Foto udara dampak banjir bandang yang melanda pemukiman penduduk di Jalan Murai, Sibolga, Sumatera Utara, Minggu (30/11/2025). (ANTARA FOTO/Muhammad Irsal) |
Lasarus menilai bencana di utara Pulau Sumatera anomali. Dia menyoroti jumlah korban yang masif dari bencana tersebut.
"Sering Pak kita mengalami banjir, tanah longsor. Tapi, menurut saya kejadian kali ini di Aceh, kemudian di Sumut, dan di Sumatera Barat ini menurut saya ini anomali Pak," kata Lasarus.
"Anomali masuk kategori kejadian yang luar biasa, dengan korban 700 hampir 800 orang yang meninggal plus yang masih hilang, sampai hari ini," sambungnya.
Politikus PDIP ini meminta penjelasan kepada BMKG soal fenomena bencana di utara Pulau Sumatera. Di momen ini Lasarus dan Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani sempat berdiskusi soal hujan sebulan yang turun dalam waktu satu hari di bencana Sumatera.
"Demikian juga BMKG Pak, kami minta informasi terkini. Saya yakin Pak, masyarakat pasti tidak monitor ini bahwa ada siklon tropis yang terperangkap di apa namanya di atas Sumatera ini sehingga hujan tumpah di situ semua. Tadi Kepala BMKG sempat menyampaikan kepada saya, itu hujan untuk satu tahun Pak ya?" tanya Lasarus.
"Satu bulan," jawab Teuku.
"Hujan untuk satu bulan hanya tumpah dalam satu hari. Jadi volume hujan satu bulan tumpah dalam satu hari. Nah ini kan juga fenomena yang harusnya, apakah teknologi kita, peralatan kita sudah bisa mendeteksi ini sehingga masyarakat ada kewaspadaan," kata Lasarus.
Komisi V DPR Minta BMKG dan Basarnas Lakukan Antisipasi
Ia meminta Basarnas dan BMKG tak hanya memberikan informasi kepada masyarakat. Lasarus mengatakan semestinya dua lembaga ini bisa mengantisipasi sebelum kejadian semakin parah.
"Namanya penanggulangan ini harusnya bukan hanya menanggulangi setelah terjadi bencana Pak, harusnya juga teman-teman di sana bekerja, melakukan pekerjaan bagaimana supaya bencana itu tidak terjadi di lokasi itu," kata Lasarus.
"Ditanggulangi lebih dini gitu lah, antisipasi, ya mengantisipasi dini ini juga bagian dari menanggulangi Pak sebelum terjadi bencana," imbuhnya.
BMKG Jelaskan Anomali Hujan di Sumatera
Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani kemudian menerangkan soal hujan ekstrem yang melanda sejak 25-27 November. Dia mengatakan volume curah hujan yang turun sama dengan hujan bulanan yang tumpah dalam satu hari.
"Tertangkap curah hujan pada 25 November, 26 November, hingga 27 November itu sampai hitam warnanya, itu sangat ekstrem. Bahkan tertinggi ada yang 411 mm per hari di Kabupaten Bireuen. Ini bahkan lebih tinggi dari hujan bulanan di sana, mungkin 1,5 bulan ya," ucapnya.
"Jadi ini tumpah dalam satu hari dan bayangkan itu terjadi selama 3 hari. Nah ini yang menyebabkan bencana hidrometeorologi memang sangat masif terjadi karena tanah kemudian tidak mampu atau lahan tidak mampu dalam menahan tumpahan air hujan yang demikian banyak hingga terjadilah banjir bandang, longsor, dan banjir ya," sambungnya.
Dia juga menyampaikan hujan yang terjadi di wilayah Sumut. Berdasarkan catatan BMKG, volume hujan di Langkat 390 mm per hari.
"Kemudian ini di Sumatera Barat. Jadi yang memang kata kuncinya adalah siklon tropis ini bukan bencana yang lazim terjadi di daerah tropis, tapi inilah kejadian yang kita hadapi sekarang. Sehingga tadi dalam rakor di Kemendagri, kami bersama Kepala BNPB dan Basarnas itu mendapat arahan, bahwa sudah saatnya Indonesia juga bersiaga terhadap bencana siklon tropis, tidak hanya bencana-bencana hidrometeorologi yang selama ini kita kenal," jelasnya.
Dia juga mengatakan adanya ancaman bibit siklon di perairan selatan Indonesia pada priode November hingga Februari. Wilayah yang perlu waspada yakni Bengkulu, Sumatera bagian selatan, selatan Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua Tengah dan Papua Selatan.
"Ini adalah daerah-daerah yang rawan terjadinya bibit siklon yang dapat berkembang menjadi siklon tropis. Tentunya akan ada ancaman curah hujan tinggi, bencana hidrometeorologi, dan juga gelombang tinggi," ucapnya.
Saksikan Live DetikPagi :
Simak juga Video: BMKG Sebut Hujan Bulanan Turun dalam Sehari di Sumatera












































