28 November 2025 Jadi Hari Tanpa Belanja, Begini Asal-usulnya

28 November 2025 Jadi Hari Tanpa Belanja, Begini Asal-usulnya

Widhia Arum Wibawana - detikNews
Jumat, 28 Nov 2025 06:19 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi (Foto: Dok. Istimewa)
Jakarta -

Setiap tahun, sehari setelah perayaan Thanksgiving, ada gerakan yang menyerukan jeda sejenak dari hiruk pikuk konsumerisme, yaitu Hari Tanpa Belanja atau Buy Nothing Day. Gerakan ini dirayakan tepat pada Black Friday atau Sabtu terakhir bulan November.

Peringatan yang merupakan sebuah aksi protes global ini mengajak masyarakat dunia untuk merenungkan kembali dampak dari kebiasaan belanja yang berlebihan dan bagaimana hal tersebut memengaruhi lingkungan serta kualitas hidup.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal-Usul Gerakan Hari Tanpa Belanja

Dikutip dari Britannica, ide awal Hari Tanpa Belanja digagas oleh seorang seniman dan aktivis bernama Ted Dave di Vancouver, Kanada, pada September 1992. Gerakan ini muncul sebagai respons terhadap lonjakan konsumerisme yang agresif, yang didorong oleh iklan dan produksi massal.

Peringatan ini kemudian diadopsi dan dipopulerkan oleh majalah antikomsumerisme Adbusters. Mereka memindahkan jadwal peringatan di Amerika Serikat (AS) ke hari Jumat setelah Thanksgiving, yang dikenal sebagai Black Friday. Pemindahan ini bersifat strategis karena Black Friday secara tradisional merupakan hari belanja tersibuk dan terbesar di AS, sehingga gerakan protes ini menjadi lebih menonjol.

ADVERTISEMENT

Seiring berjalannya waktu, gerakan ini menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia. Menurut Time and Date, saat ini lebih dari 65 negara telah ikut serta merayakan Hari Tanpa Belanja. Di banyak negara di luar AS, peringatan ini biasanya jatuh pada hari Sabtu terakhir di bulan November.

Makna Penting Hari Tanpa Belanja

Hari Tanpa Belanja memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar menahan diri untuk tidak membeli barang selama 24 jam. Ini merupakan hari untuk menantang budaya yang sering kali mendefinisikan nilai seseorang dari harta benda atau barang yang dimilikinya.

Tujuan utama dari gerakan ini adalah mendorong kesadaran masyarakat mengenai isu-isu lingkungan dan sosial yang timbul akibat produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan. Hal ini meliputi eksploitasi tenaga kerja, limbah plastik yang menumpuk, hingga jejak karbon yang dihasilkan dari pengiriman barang secara global.

Dengan mengambil jeda satu hari dari kegiatan belanja, para partisipan diharapkan dapat merenungkan kebiasaan konsumsi mereka. Gerakan ini menekankan pentingnya mencari kepuasan dan kebahagiaan dari interaksi sosial, alam, dan kreativitas, dibandingkan dari kepemilikan materi.

Cara Merayakan Hari Tanpa Belanja

Perayaan Hari Tanpa Belanja dilakukan dengan cara yang beragam di seluruh dunia, namun inti utamanya tetap sama, yaitu menghindari aktivitas jual-beli selama 24 jam. Banyak yang memilih untuk menghabiskan hari tersebut dengan melakukan kegiatan yang bebas biaya.

Pada intinya, tujuan dari perayaan ini adalah menggeser fokus masyarakat dari hasrat untuk membeli menjadi kegiatan yang lebih bermakna dan berbasis komunitas. Peringatan ini menjadi pengingat tahunan bahwa terdapat cara hidup lain yang tidak terikat pada siklus konsumsi yang tak ada habisnya.




(wia/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads