Pemerintah Kabupaten Jember di bawah Bupati Gus Fawait meluncurkan insentif bagi kurang lebih 22.000 guru ngaji dan pendidik agama sebagai penghargaan atas peran mereka menjaga moral dan kerukunan. Kebijakan inklusif ini dianggap humanis karena langsung menyentuh kebutuhan pengajar yang lama mengabdi tanpa pendapatan tetap.
Program ini mencakup guru ngaji, modin, pendidik kitab, pendeta, pemimpin ibadah, hingga pengajar agama non-Muslim di berbagai rumah ibadah. Setiap penerima memperoleh insentif Rp 1,5 juta per tahun yang ditransfer langsung tanpa potongan.
Penyaluran insentif dilakukan di balai desa agar pendidik agama tidak perlu antre atau menempuh jarak jauh, sekaligus tetap dihargai martabatnya. Pendekatan humanis ini penting karena banyak pengajar di desa telah mengabdi puluhan tahun tanpa pendapatan tetap, dan Gus Fawait menekankan program ini sebagai simbol penghormatan serta penguatan bagi para penjaga moral masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Para pendidik agama adalah benteng moral desa-desa kita. Mereka menjaga karakter anak-anak, membangun etika sosial, dan mengokohkan kerukunan. Karena itu, insentif ini diberikan untuk semua agama tanpa pengecualian. Inilah cara Jember merawat harmoni," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (23/11/2025).
Ia juga menambahkan inklusivitas adalah kunci Jember dalam menjaga kebersamaan di tengah keberagaman.
"Kami ingin memastikan bahwa semua pendidik agama, Muslim maupun non-Muslim, mendapat penghargaan yang sama. Jember adalah rumah bersama," tegasnya.
Program ini tak hanya berdampak sosial, tetapi juga memperkuat tata kelola berbasis data. Pada 2025, Pemkab Jember memverifikasi lebih dari 22 ribu pendidik agama dari 31 kecamatan dan 248 desa lewat validasi berlapis untuk mencegah data ganda maupun penerima tidak layak.
Seluruh insentif disalurkan secara cashless, sehingga transparan dan mudah dipantau akuntabel. Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kabag Kesra) Pemkab Jember menilai dampak program ini sangat terasa di lapangan.
"Banyak pendidik agama di desa-desa yang selama ini mengajar tanpa pendapatan tetap. Insentif ini sangat membantu kebutuhan keluarga mereka, dari transportasi mengajar hingga kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Ia menegaskan sisi inklusif program ini, yang berani mencakup semua agama. Di sejumlah desa, penyaluran insentif bahkan menjadi ajang pertemuan hangat antar pendidik, sehingga memperkuat rasa saling menghormati.
Survei internal Kesra menunjukkan lebih dari 90 persen penerima puas dengan penyaluran karena pelayanan ramah, tanpa antrean, dan tanpa potongan. Evaluasi juga mencatat program ini tak hanya menopang ekonomi keluarga, tetapi memperluas interaksi lintas agama, dengan sejumlah desa multikultural melaporkan meningkatnya kerja sama antar umat setelah penyaluran berlangsung.
Kehadiran pendidik agama dari berbagai keyakinan dalam satu ruang penyaluran juga memperkuat rasa kesetaraan dan persaudaraan yang selama ini menjadi ciri khas masyarakat Jember.
Kebijakan yang menjangkau sekitar 22.000 pendidik agama ini dinilai sebagai salah satu langkah paling humanis dan inklusif Pemkab Jember. Selain meningkatkan kesejahteraan, program tersebut turut memperkuat harmoni sosial yang menjadi fondasi penting bagi pembangunan daerah.
Lebih dari sekadar bantuan, inisiatif ini menyampaikan pesan bahwa pembangunan bukan hanya soal infrastruktur, melainkan juga tentang menumbuhkan nilai kemanusiaan, menjaga martabat, dan mempererat persaudaraan.
Simak juga Video: Insentif Guru Honorer Bakal Naik Jadi Rp 400 Ribu per Bulan











































