Cara Gen Z Lari dari Penat tapi Sehat Selalu Lewat Tren Party Jamu

Cara Gen Z Lari dari Penat tapi Sehat Selalu Lewat Tren Party Jamu

Mulia Budi - detikNews
Minggu, 23 Nov 2025 07:27 WIB
Tukang Jamu di Rumah Lembang
Ilustrasi penjual jamu tradisional (Foto: dok detikcom)
Jakarta -

Anak muda makin gandrung dengan gaya hidup sehat. Selain olahraga, kini Gen Z punya tren minum jamu.

Minuman olahan rempah-rempah yang mereka konsumsi tersebut juga membuat mereka senang. Minum jamu jadi cara melepas penat namun tetap bikin sehat.

Anak-anak Gen Z banyak mengunggah momen minum jamu dari penjual keliling. Bersama teman sebaya, mereka menenggak jamu yang kaya rasa dan manfaat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di antara video yang diunggah di media sosial (medsos), anak-anak muda ini memesan beras kencur, kunyit asem, hingga brotowali. Sensasi pedas hangat, asem segar, hingga pahit mereka nikmati bersama.

Tren ini ramai disebut dengan party jamu. Ada juga yang memakai sebutan 'open table jamu'. Tren solusi sehat dan hilang penat ini sedang jamak mereka bagikan bahkan ada videonya yang mendapatkan views ratusan ribu kali.

ADVERTISEMENT

Riris (25) seorang perantau dari Medan, Sumatera Utara (Sumut) mengaku sudah lama mengkonsumsi jamu. Di luar manfaat kesehatan, dia juga menilai tren ini bisa meningkatkan ekonomi para penjual jamu tradisional.

"Kalau viral dan banyak yang cari, ibu-ibu jamu juga bisa tetap eksis ya dagangnya, otomatis jadi lebih mudah nyari bakul jamu," kata Riris kepada wartawan, Sabtu (22/11/2025).

Riris menilai jamu punya manfaat untuk kesehatan sebagai detoks alami dari rempah-rempahan yang diramu. Nilai plus lainnya, para Gen Z tak perlu mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan manfaat tersebut.

"Terus manfaat buat anak-anak muda juga jadi detoks alami tanpa boncos. Secara jamu minuman enak, sehat dari bahan alami dan tentu harganya terjangkau," ujarnya.

Riris terbiasa minum jamu sejak kecil dengan pilihan favorit kunyit atau kunir asem dan beras kencur. Anak muda sering menggunakan ungkapan 'asmara hancur, beras kencur meluncur' sebagai kiasan jamu yang menjadi solusi kegalauan.

Di Bekasi terdapat angkringan jamu yang resepnya telah turun temurun. Jamu ini bahkan sempat mendarat di Dubai saat pandemo COVID-19.Di Bekasi terdapat angkringan jamu yang resepnya telah turun temurun. Jamu ini bahkan sempat mendarat di Dubai saat pandemo COVID-19. (Foto: Ari Saputra/detikcom)

"Jamu itu beneran enak banget. Rasanya minuman paling pas aja di aku. Favoritku kunir asem sama beras kencur, terbaik itu dua, ditambah sensasi jahe anget di akhir, the best pokoknya," ujarnya.

Dia memilih jamu juga karena tak cocok dengan efek samping minum-minuman anak muda kekinian di kafe. Intinya, jamu membuatnya sehat dan nyaman di perut.

"Aku tuh Gen Z yang nggak bisa minum kopi, kalau kena kopi perutku nggak enak, dadanya juga deg-degan terus. Nggak tahu karena cafein atau laktosa ya," kata Riris, Gen Z perantau asal Medan ini.

"Sama juga kalau minuman keras, walaupun cuman bir yang 0, berapa persen doang mesti badanku gatal-gatal merah gitu. Emang sangat tidak Gen Z gaul," lanjutnya.

Anak Gen Z lainnya, Syifa (27), juga mendukung tren 'party jamu' yang viral. Dia juga sepaham soal tren minum jamu bisa membantu UMKM para penjual jamu tradisional.

"Bagus ya kalau dengan adanya tren ini jadi banyak anak muda yang beli jamu, rempah-rempahan asli, aku percaya khasiatnya sih, dan bisa ngebantu hidupin UMKM juga, buat para penjual jamu keliling. Kalau bukan kita yang beli kan siapa lagi," ujar Syifa.

Syifa mulai sering minum jamu sejak kuliah. Dia biasa membeli kunyit asem saat sedang haid dan daun sirih untuk proses detoks.

Dia membeli jamu di penjual tradisional yang lewat depan rumah, baik yang mengendarai sepeda ataupun jamu gendong

"Aku biasanya beli jamu yang kunyit asem waktu lagi haid sih, kalau lagi nggak lancar, pasti selalu beli itu. Terus kalau lagi ngerasa badan nggak enak kayak rasa banyak racun gitu aku beli yang daun sirih," ujar Syifa.

Syifa mengaku belum mencoba semua jenis jamu termasuk brotowali. Namun, dia menyakini manfaat baik jamu untuk tubuh.

"Dari jaman kuliah udah minum jamu sih, dikasih tahu orang tua. Aku ngerasain sendiri manfaatnya, kalau kunyit asem gitu habis minum pas lagi haid itu jadi makin lancar. Cuman yang brotowali gitu belum pernah coba," ujarnya.

Senangnya Penjual Jamu

Seorang penjual jamu tradisional di wilayah Pancoran, Jakarta Selatan, Sumiati (65), mengaku sudah berjualan sejak tahun 1995. Sumiati senang karena pelanggan jamunya dari kalangan anak muda atau Gen Z semakin bertambah.

"Alhamdulilah senang banget, malah tak ledekin, sini jamu biar sehat, semangat, banyak anak-anak muda lah. Tadinya nggak doyan jamu jadi doyan jamu, yang nggak doyan dikira pahit. Padahal nggak semua jamu pahit, pahit kan dipisah," kata Sumiati.

Sumiati (65), penjual jamu tradisional di kawasan Pancoran, Jaksel.Sumiati (65), penjual jamu tradisional di kawasan Pancoran, Jaksel. (Foto: Mulia Budi/detikcom)

Di bercerita, anak muda yang membeli jamunya biasanya memesan kunir asem dan beras kencur. Dia mengatakan jamu dengan bahan rempah itu bibeli anak muda untuk mengurangi rasa pegal hingga mengurangi sakit atau nyeri pada lambung saat datang bulan.

"Yang beras kencur kan ilangin pegel-pegel, yang kunir itu buat lambung, buat seger badan. Kalau lagi haid kurang lancar, jadi lancar gitu," ujarnya.

Sumiati berpesan perlunya mengonsumsi jamu yang diracik dari rempah-rempahan asli. Dia senang anak muda yang tadinya tidak suka minum jamu kini mau mencoba jamu tradisional.

"Jamu itu perlu, soalnya kita kan orang Indonesia kan, jamu itu penting, ini kan rempah-rempahan asli, terus masaknya bener nggak ecek-ecek. Bukan blender, aku marut. Makanya kalau ada pesenan lama, bukan diblender," kata Sumiati.

Halaman 2 dari 3
(jbr/jbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads