Sumiati Penjual Jamu Sejak 1995 Senang Makin Banyak Pelanggan Anak Muda

Sumiati Penjual Jamu Sejak 1995 Senang Makin Banyak Pelanggan Anak Muda

Mulia Budi - detikNews
Sabtu, 22 Nov 2025 12:36 WIB
Sumiati (65), penjual jamu tradisional di kawasan Pancoran, Jaksel.
Sumiati (65), penjual jamu tradisional di kawasan Pancoran, Jaksel. (Mulia Budi/detikcom)
Jakarta -

Seorang penjual jamu tradisional di wilayah Pancoran, Jakarta Selatan, Sumiati (65), mengaku sudah berjualan sejak 1995. Sumiati senang karena pelanggan jamunya dari kalangan anak muda atau Gen-Z semakin banyak.

"Alhamdulillah senang banget, malah tak (saya) ledekin, 'Sini jamu, biar sehat, semangat'. (Pelanggan) banyak anak-anak muda. Tadinya nggak doyan jamu jadi doyan jamu. Yang nggak doyan (karena) dikira pahit, padahal nggak semua jamu pahit. Pahit kan dipisah," kata Sumiati saat ditemui di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (22/11/2025).

Sumiati mengatakan anak muda yang membeli jamu biasanya memesan kunyit asem dan beras kencur. Dia mengatakan khasiatnya untuk mengurangi rasa pegal hingga sakit atau nyeri pada lambung, terutama saat masa menstruasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang beras kencur kan hilangin pegal-pegal, yang kunir (kunyit) itu buat lambung, buat segar badan. Kalau lagi haid, kurang lancar, jadi lancar gitu," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sumiati mengatakan anak-anak muda kerap membeli jamunya dalam ukuran botol untuk dibawa pulang. Namun ada juga yang meminum langsung di tempat Sumiati mangkal. Selain berjualan keliling, Sumiati juga mangkal di kawasan NTMC Polri dan di belakang salah satu bank di daerah Pancoran.

"Maksudnya hari kerja itu ya Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, kalau hari libur kan tutup kantor gitu. Itu selalu ada. Ini kan aku ngetem begini, entar mereka mau beli apa, kayak di Indomaret gitu, mampir saja beli jamu. Banyak, mas-mas, mbak-mbak. Jamu ini kan asli dari rempah-rempahan, baguslah. Apalagi kalau lagi haid, perutnya sakit, itu bagus itu peredaran darah," tuturnya.

Lebih lanjut, Sumiati mengatakan dulu berjualan dengan menggendong jamu. Namun, kini sudah beralih menggunakan gerobak sejak dua bulan lalu.

"Digendong, makanya aku lewat sini karena ada gerobak. Digendong biasanya, ini (gerobak) baru dua bulan ini," ujarnya.

Simak juga Video Sehat Nggak Harus Mahal, Cukup Minum Jamu Tradisi Leluhur

(aud/aud)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads