Metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) di SMAN 72 Jakarta masih akan diterapkan pekan depan. Hal ini dikarenakan sebagian siswa SMAN 72 Jakarta masih mengalami trauma usai insiden ledakan yang terjadi di sekolah tersebut.
"Hari Senin itu yang pasti masih PJJ. Lalu, masih kita pantau juga dan kita pastikan dengan orang tuanya apakah sudah boleh hybrid," kata Kepala Sekolah SMAN 72 Jakarta, Tetty Helena Tampubolon saat ditemui di Kantor Wali Kota Jakarta Utara, Sabtu (15/11/2025).
Tetty mengatakan saat ini pembelajaran secara luring belum dapat diterapkan sepenuhnya. Dia mengatakan masih ada siswa yang belum siap untuk kembali ke sekolah.
"Kita belum bisa memastikan mereka harus seluruhnya belajar luring, karena kondisinya masih ada yang traumanya," ujarnya.
Tetty mengatakan pihaknya bersama Dinas Pendidikan, Kementerian Kesehatan, Himpsi, hingga Kemendikdasmen tengah melakukan asesmen terhadap psikologis siswa. Meski hasil resmi belum keluar, pihaknya melihat tanda positif dari para siswa.
"Kelihatannya anak-anak sudah mulai rindu sama sekolah. Tapi hasil resminya belum," ungkapnya.
Lebih lanjut, Tetty mengatakan persetujuan orang tua menjadi faktor penting untuk siswa mengikuti pembelajaran skema hybrid. Tetty pun berharap para siswa yang menjadi korban ledakan dapat segera pulih.
"Harapannya tentu mereka sembuh. Dengan keajaiban Tuhan, anak-anak yang saleh akan segera sembuh," ucapnya.
(kny/zap)