Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan Jakarta menjadi daerah dengan kualitas udara terburuk di Indonesia. Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin menilai penyebab buruknya kualitas udara lantaran adanya pembakaran sampah, hingga banyaknya kendaraan bermotor di Jakarta.
"Perlu pengalihan modalitas dari kendaraan pribadi bermotor ke transportasi publik, sepeda, berjalan kaki. Ini akan menurunkan emisi dari sektor transportasi. Kajian menyebut bahwa kendaraan bermotor adalah faktor dominan," kata Khoirudin kepada wartawan, Jumat (7/11/2025).
Selain itu, menurutnya, perlu standarisasi bahan bakar rendah dan sulfur. Kemudian, juga perlu mempercepat transisi ke kendaraan listrik.
"Kebijakan manajemen lalu lintas seperti zona emisi rendah (low emission zone), pembatasan kendaraan di area pusat kota, manajemen parkir dan ruang jalan, sebagai contoh strategi pengendalian permintaan kendaraan," ujarnya.
Menurutnya, pengurangan emisi dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara dan industri berat juga diperlukan. Dia mengatakan pengelolaan limbah dan pembakaran sampah juga perlu pengawasan ketat.
"Larangan dan pengawasan pembakaran terbuka (biomassa, sampah) karena menambah partikel dan asap. Kajian road-map Jakarta menunjukkan 'eliminating open waste burning' sebagai langkah kunci," jelasnya.
Lebih lanjut, Khoirudin mengatakan pengendalian debu dari konstruksi, jalan dan kendaraan harus dilakukan. Dia juga meminta Pemprov Jakarta untuk memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH).
"Memperbanyak ruang terbuka hijau, pohon di pinggir jalan, vegetasi kota agar membantu menyaring partikel dan meningkatkan ventilasi udara," tuturnya.
"Perbaikan struktur kota agar sirkulasi angin lebih baik dan menghindari 'perangkap udara' di kawasan padat. Kajian menunjukkan bahwa rendahnya kecepatan angin meningkatkan akumulasi polutan," imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala BMKG Teuku Faisal mengatakan DKI Jakarta menempati peringkat pertama dengan kualitas udara terburuk di RI. Teuku mengatakan DKI dikategorikan wilayah dengan udara tak sehat selama 100 hari.
"Sementara itu, berdasarkan pemantauan dari Particulate Matter (PM) 2,5 mikro tahun 2024 di 27 lokasi, menunjukkan variasi kualitas udara dari kategori baik hingga tidak sehat," kata Teuku, dalam rapat kerja bersama Timwas DPR RI terhadap pelaksanaan penanganan bencana, Rabu (5/11).
"Provinsi DKI Jakarta, Sumatra Utara, dan Lampung tercatat memiliki jumlah hari dengan kategori tidak sehat tertinggi. Di mana Jakarta menempati peringkat pertama dengan sekitar 100 hari kejadian dengan udara yang tidak sehat, yang kita hirup sehari-hari di sini, Bapak, Ibu," imbuhnya.
Simak juga Video: Langit Jakarta Cerah, Kualitas Udara Hari Ini Sehat!
(amw/rfs)