×
Ad

detik sore

Pro-Kontra Usulan Soeharto Menjadi Pahlawan Nasional

20detik Signature - detikNews
Kamis, 06 Nov 2025 14:50 WIB
Foto: Maulana Irsyad/detikcom
Jakarta -

Menjelang peringatan Hari Pahlawan pada 10 November mendatang, wacana soal pemberian penghormatan kepada puluhan tokoh sebagai pahlawan nasional semakin mencuat. Seperti ditulis detikcom sebelumnya, setidaknya ada 49 tokoh yang disiapkan untuk menerima status sebagai pahlawan nasional. Dari total nama tokoh yang diajukan, 24 di antaranya diprioritaskan untuk memperoleh tanda kehormatan tersebut.

Sayangnya, tidak semua pihak menyetujui hal tersebut. Isu besar yang menyertai wacana ini adalah adanya beberapa sejarawan dan unsur masyarakat lain yang menolak sejumlah nama yang diusulkan menjadi pahlawan nasional. Isu yang paling panas terdengar adalah pro-kontra soal penyematan mantan Presiden RI, Soeharto, sebagai salah satu figur yang diusulkan sebagai salah satu penerima status tersebut.

Soal syarat sebagai penerima gelar pahlawan nasional, Soeharto disebut layak dan memenuhi untuk diberi gelar tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Fadli Zon. Kepada wartawan, Fadli menepis anggapan bahwa Presiden Kedua RI tersebut terlibat dalam peristiwa genosida 1965.

"Nggak pernah ada buktinya kan, nggak pernah terbukti. Pelaku genosida apa? Nggak ada. Saya kira nggak ada itu," kata Fadli dikutip dari detikNews, Rabu (5/11/2025).

Selain mempertanyakan fakta soal keterlibatan Soeharto dalam peristiwa tersebut, Fadli Zon juga memaparkan sejumlah jasa yang diberikan Soeharto untuk negara. Salah satu jasa tersebut adalah memimpin Serangan Umum 1 Maret.

"Beliau memimpin Serangan Umum 1 Maret. Itu sebagai contoh, 1 Maret itu serangan besar, Serangan Umum 1 Maret itu salah satu yang menjadi tonggak Republik Indonesia itu bisa diakui oleh dunia, masih ada. Karena Belanda waktu itu mengatakan Republik Indonesia sudah cease to exist, sudah tidak ada lagi," ujarnya.

"Jadi, di perundingan-perundingan di New York ketika itu, Indonesia sudah tidak ada, pemimpinnya sudah ditangkap, wilayah sudah dikuasai, rakyatnya sudah tunduk. Tiba-tiba ada serangan ini, salah satunya adalah serangan besar, Serangan Umum 1 Maret 1949. Itu salah satu yang saya baca dari usulan-usulan itu," lanjut Fadli.

Sebenarnya pengusulan sejumlah tokoh untuk menerima status sebagai Pahlawan Nasional sudah lama dicoba. Sejak Presiden Soeharto pertama kali dimunculkan sebagai salah satu tokoh penerima tanda jasa sebagai pahlawan nasional, terjadi polemik dari sejarawan hingga lembaga pemerintah.

Sejalan dengan hal ini, mantan Menkumham Yasonna Laoly meminta usulan gelar pahlawan untuk Presiden ke-2 RI Soeharto dikaji ulang. Ia menilai kontroversi di publik sangat tinggi.

"Sekarang terjadi pro-kontra yang sangat besar ya. Jadi reaksi-reaksi, kalau boleh ya, kita berharap sebaiknya pemberian gelar pahlawan nasional betul-betul dikaji dengan baiklah," kata Yasonna dikutip dari detikNews Selasa (4/11/2025).

Lalu, seperti apa seharusnya kriteria yang tepat bagi seseorang untuk memperoleh gelar sebagai pahlawan nasional? Menghadirkan sejarawan BRIN, Asvi Warman Adam, ikuti diskusinya dalam Editorial Review.

Kota Makassar bakal bersiap merayakan hari jadinya yang ke-418 pada 9 November 2025. Mengusung tema 'Merajut Harmoni, Membangun Kebersamaan', Pemerintah Kota mengajak para warga untuk memperkuat solidaritas warga di tengah kemajuan pembangunan yang kian pesat. Tema itu menjadi penanda bahwa Makassar bukan sekadar kota besar di timur Indonesia, tapi juga ruang hidup yang tumbuh dari kolaborasi, gotong royong, dan rasa saling peduli antarwarga.

Perayaan HUT Makassar tahun ini tidak hanya berfokus pada kemeriahan, tetapi juga pada nilai sosial yang ingin dibangun. Beragam kegiatan digelar, mulai dari festival budaya, expo UMKM, layanan kesehatan gratis, hingga nikah massal yang melibatkan warga dari berbagai lapisan masyarakat. Lalu apa yang baru dari perayaan ulang tahun kali ini? Ikuti diskusinya bersama Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin.

Jelang petang nanti detikSore akan kembali menghadirkan Michael Yeoh untuk membahas lebih dalam soal Purbaya Effect. Seperti diketahui, belakangan ini dunia ekonomi Indonesia khususnya pasar modal tengah ramai membahas soal fenomena ini.

Menteri Purbaya hadir bersama perspektif barunya dalam mengelola ekonomi RI khususnya di sektor pajak. Tapi bagaimana hal ini berpengaruh ke pasar saham? Bagaimana investor pemula dapat memanfaatkan fenomena tersebut untuk mengeruk cuan? Ikuti diskusinya dalam Sunsetalk.

Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham menjelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.


"Detik Sore, Nggak Cuma Hore-hore!"




(far/vys)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork