As SDM Kapolri Bicara Karakter Polisi Didasari Asas Spiritual-Intelektual

As SDM Kapolri Bicara Karakter Polisi Didasari Asas Spiritual-Intelektual

Azhar Bagas Ramadhan - detikNews
Rabu, 15 Okt 2025 13:08 WIB
Asisten Kapolri Bidang SDM (As SDM Kapolri) Irjen Anwar (dok. ist)
Asisten Kapolri Bidang SDM (As SDM Kapolri) Irjen Anwar (Dok. Istimewa)
Jakarta -

Asisten Kapolri Bidang SDM (As SDM Kapolri) Irjen Anwar menyebutkan seorang polisi harus memiliki karakter yang didasari tiga pilar utama, yaitu asas spiritual, intelektual, dan kultural.

Hal ini ia katakan dalam seminar Polri bertajuk 'Rekonstruksi Jati Diri Bangsa Merajut Nusantara untuk Mewujudkan Polri Sadar Berkarakter' yang digelar di Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025). Seminar ini bertujuan dalam memperkuat rasa nasionalisme di tengah dinamika tarik menarik geopolitik internasional.

Irjen Anwar membuka sekaligus menjadi keynote speaker dalam seminar tersebut menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah wujud nyata upaya Polri dalam memberikan solusi untuk memperbaiki tubuh institusi. Lebih lanjut, seminar ini menjadi awal dari penyusunan kurikulum dan modul yang menekankan pentingnya membangun karakter personel Polri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Seminar ini menjadi bagian kecil dari langkah nyata dan sistematis Polri untuk memperbaiki diri dengan membangun SDM yang unggul, profesional, dan berkarakter Bhayangkara Indonesia melalui pilar spiritual, intelektual, dan kultural," kata Irjen Anwar.

Anwar menyatakan pentingnya penguatan karakter ini didukung oleh temuan riset yang dipaparkan oleh Dr Junus Simangunsong selaku Ketua Tim Peneliti Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia. Dalam presentasinya mengenai 'Penyampaian Hasil Riset Rekonstruksi Jati Diri Bangsa Merajut Nusantara untuk Mewujudkan Manusia Indonesia Seutuhnya', Dr Junus menyoroti signifikansi spiritualitas sebagai fondasi moral dan integritas anggota Polri.

ADVERTISEMENT

Hasil riset menunjukkan bahwa nilai koefisien Dimensi Spiritual memiliki skor terendah, yakni 4,28, dibandingkan intelektual (4,43) dan kultural (4,46). Temuan ini mengindikasikan perlunya penguatan kesadaran spiritual dan refleksi sehingga strategi penguatan berjenjang sangat diperlukan.

"Hasil riset ini mendapatkan dukungan penuh dari Polri dan akan dijadikan dasar fundamental dalam penyusunan kurikulum pembinaan karakter Polri. Kurikulum ini dirancang untuk memperkuat jati diri Bhayangkara Indonesia dan dalam penguatan ketahanan nasional." ujarnya.

Narasumber lainnya, Karobinkar SSDM Polri, Brigjen Langgeng Purnomo, memaparkan materi 'Kembali kepada Jati diri bangsa untuk mengelola tarik menarik geopolitik internasional melalui penguatan nasionalisme melalui pilar spiritual, intelektual dan kultural'. Sebagai seorang praktisi Polri, ia menegaskan bahwa pembangunan SDM Polri berkarakter bangsa Indonesia harus menguatkan jiwa nasionalisme melalui tiga pilar utama yang saling menopang.

Brigjen Langgeng juga menjelaskan bahwa tarik menarik geopolitik internasional merupakan dinamika kompleks interaksi antarnegara di tingkat global, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti politik, ekonomi, keamanan, dan budaya. Fenomena ini menciptakan persaingan dan pengaruh antarnegara yang dapat berupa kerja sama, persaingan bahkan konflik, dengan contoh nyata, seperti globalisasi, perang dagang, pasar bebas, dan polarisasi.

"Pelindung utama bangsa Indonesia dalam mengelola tarik-menarik geopolitik internasional adalah dengan cara menguatkan jiwa nasionalisme yg dijiwai jati diri bangsa untuk menguatkan karakter bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Langgeng.

Sementara itu, dari kalangan akademisi, Prof Dr Meutia Farida Hatta Swasono, Putri Proklamator, menyampaikan materi 'Pancasila jalan lurus, sebagaimana pemikiran dari Bung Hatta. Polri didorong sebagai role model perekat bangsa'. Ia menegaskan peran strategis Polri sebagai panutan dan perekat bangsa. Menurut dia, Polri bukan hanya sekadar penegak hukum, tetapi juga adalah penjaga nilai-nilai moral dan persatuan bangsa.

Prof Dr Anhar Gonggong sebagai narasumber dari sejarawan nasional, berbicara tentang sejarah kebangsaan dan akar kebayangkaraan, menelusuri Peran Polri dalam Perjalanan Bangsa. Anhar menyinggung esensi pancasila, kejujuran melawan korupsi. Polisi harus menjadi salah satu unsur terpenting negara.

Masukan konstruktif juga datang dari peserta tamu. Kushartono, yang bertindak sebagai penanggap, memberikan saran bahwa solusi mendasar terhadap berbagai persoalan bangsa bukanlah saling mengkritik atau menghujat, melainkan melalui introspeksi diri masing-masing. Ia bahkan menganjurkan 'tobat nasional' dengan kembali kepada jati diri bangsa yang sejati.

Di sesi penutup, Komisioner Kompolnas, Supardi Hamid, menyampaikan materi 'Penguatan Jati Diri Polri: Tantangan Institusional dan Agenda Strategis'. Supardi menekankan bahwa upaya penguatan karakter anggota Polri harus diiringi dengan tata kelola kelembagaan yang transparan dan berkeadilan, sebagai wujud reformasi SDM yang utuh.

Seminar yang diikuti secara langsung oleh 250 anggota Polri dari Mabes Polri dan Polda jajaran se-Indonesia, juga dilaksanakan secara daring, berfokus pada internalisasi nilai-nilai spiritual, intelektual dan kultural dalam membentuk SDM Polri yang profesional, humanis, berkarakter kuat, dan dipercaya publik.

"Tujuan utama kegiatan seminar ini adalah meningkatkan pemahaman anggota tentang jati diri bangsa, menginternalisasi model 'Sadar Berkarakter' dalam tugas sehari-hari, membangun komitmen kolektif dan pada akhirnya, mewujudkan Polri yang responsif, berkarakter kuat serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap institusi," tutup Anwar.

Simak juga Video 'Prabowo Sudah Kantongi 9 Nama Komisi Reformasi Kepolisian':

(azh/dhn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads