Di balik setiap perkara hukum yang ditangani, keputusan para jaksa menjadi penentu arah keadilan dan penegakan hukum. Dalam dunia penegakan hukum, integritas bukan sekadar idealisme, melainkan fondasi utama yang menentukan apakah keadilan bisa ditegakkan secara jujur dan transparan.
Koordinator Bidang Intelijen Kejaksaan Tinggi Jambi, Ryan Palasi menjadi salah satu jaksa yang menjaga integritas di tengah tekanan penanganan perkara yang kompleks. Baginya, integritas bukan hanya soal menolak suap, tapi upaya untuk menegakkan hukum secara jujur, adil, dan tanpa pandang bulu.
Ryan pun bercerita bagaimana dirinya menjadikan integritas sebagai benteng dalam kasus penangan korupsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awal-awal saya jadi jaksa kadang tantangan-tantangan itu ada. Jadi, ada kebakaran lahan yang melibatkan salah satu perusahaan sawit di sana. Suatu perusahaan di situ memang banyak gejolaknya menurut saya pada saat itu. Pada saat itu, Kalimantan Tengah, terutama di Palangkaraya, bandaranya berapa kali penerbangannya tertunda gara-gara asap akibat kebakaran lahan," katanya.
"Kedua, banyak masyarakat terganggu aktivitasnya dan terganggu pernapasannya. Akhirnya dengan bismillah dan dukungan pimpinan, kita buktikan untuk penanganan perkara. Walaupun ada sedikit godaan-godaan, alhamdulillah bisa dilewati," lanjutnya.
Saat itu, Ryan mengaku ditawari sejumlah hal agar perkara tersebut tidak dinaikkan. Namun, ia menegaskan perkara ini harus tetap berjalan sesuai prosedur hukum.
"Saya ditawari sejumlah sesuatu lah untuk untuk bisa agar perkara itu bisa tidak dinaikkan gitu kan. Ya saya bilang mohon maaf banyak kerugian di sini dan saya harus melaksanakan ini karena saya sudah diberikan amanah untuk menangani penanganan perkara ini," paparnya.
Tak hanya itu, ia juga kerap menangani perkara pembunuhan satu keluarga. Naasnya, pelaku pembunuhan baru ditemukan setelah tujuh tahun berlalu.
"Jadi, saat itu saya tiba-tiba saya dihubungi waktu itu dari Kejaksaan Tinggi bahwa ada perkara perkara pembunuhan satu keluarga, di situ korbannya dan belum terungkap tujuh tahun. Dengan melakukan penelitian berkas, kita yakin bahwa itu pelakunya, terus kita sidang. Menjadi tantangan tersendiri waktu sidang untuk membuktikan bahwa benar itu pelakunya, jangan sampai kita salah juga karena sudah lama kasusnya," jelasnya.
Dalam menangani kasus ini, Ryan mengaku sempat dihubungi salah satu pejabat yang kemungkinan kerabat pelaku. Ia meminta agar pelaku dilakukan penahanan kota atau ditangguhkan penahanannya.
"Saya bilang, 'Pak, ini pembunuhan satu keluarga saya nggak berani'. Itu tidak bisa karena pembunuhan satu keluarga lagi dan jangka waktunya udah lama ini tidak ditemukan. Jadi kita harus melindungi kepentingan korban di sini," paparnya.
"Dengan bantuan pimpinan, saya bismillah aja lah. Saya anggap kalau memang niatnya benar dan apa yang kita lakukan ini benar, saya yakin ini bisa terasa teratasi kondisi-kondisi seperti itu. Akhirnya kita lakukan persidangan dan alhamdulillah terbukti, jadi tuntutannya hukuman mati," sambungnya.
Ryan meyakini kejujuran dan disiplin merupakan kunci utama untuk seluruh hal, termasuk dalam penangan perkara. Ia pun mengaku sejak awal hal tersebut telah ditanamkan dalam
"Jadi kejujuran di-mix dengan disiplin, saya yakin bahwa itu membawa integritas dalam diri kita," pungkasnya.
detikcom bersama Kejaksaan Agung menghadirkan program khusus yang mengungkap realita penegakan hukum dan keadilan di Indonesia. Program ini tidak hanya menyorot upaya insan kejaksaan dalam menuntaskan kasus, namun juga mengungkap kisah dari dedikasi dan peran sosial para jaksa inspiratif.
Program ini diharapkan membuka cakrawala publik akan arti pentingnya institusi kejaksaan dalam kerangka pembangunan dan penegakan supremasi hukum di masyarakat. Saksikan selengkapnya di sini.
(akn/ega)