5 Fakta Hacker Ngaku 'Bjorka' Klaim Retas 4,9 Juta Dana Nasabah

5 Fakta Hacker Ngaku 'Bjorka' Klaim Retas 4,9 Juta Dana Nasabah

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 04 Okt 2025 08:03 WIB
Bjorka tak berkutik ketika ditangkap polisi
Foto: 'Bjorka' tak berkutik ketika ditangkap polisi (Tangkapan layar video/dok.istimewa)
Jakarta -

Pria berinisial WFT (22) ditangkap setelah mengaku sebagai hacker 'Bjorka'. Pria asal Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut) itu mengklaim meretas 4,9 juta data nasabah.

Kasus ini terungkap setelah akun X mengatasnamakan @bjorkanesiaaa mengaku telah meretas jutaan data nasabah sebuah bank. Klaim 'Bjorka' ini kemudian dilaporkan kepada aparat berwajib.

"Itu memposting dengan tampilan salah satu akun nasabah bank swasta dan mengirimkan pesan juga ke akun resmi bank tersebut dan mengklaim bahwa sudah melakukan hack kepada 4,9 juta akun database nasabah," kata Kasubdit IV Ditres Siber Polda Metro Jaya AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon, Kamis (2/10).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim kepolisian lantas menangkap tersangka di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Selasa, 23 Agustus 2025. Berikut fakta-faktanya.

ADVERTISEMENT

1. Jual Beli Data Ilegal di Dark Web

Apa yang dilakukan oleh WFT sebenarnya? Wakil Direktur Siber Direktorat Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, mengatakan WFT diduga melakukan transaksi data ilegal di dark web.

"Pelaku kita ini bermain di dark web tersebut di mana di dark web tersebut yang bersangkutan sudah mulai mengeksplore sejak tahun 2020," kata AKBP Fian Yunus.

Fian mengatakan WFT aktif di dark web dengan username Bjorka. Pelaku sempat berganti username menjadi SkyWave, ShinyHunter, hingga Opposite6890 untuk menyamarkan aksinya.

Fia menyebutkan WFT mengklaim mendapatkan data institusi luar negeri ataupun dalam negeri, perusahaan kesehatan hingga perusahaan swasta untuk diperjualbelikan. Fian mengatakan WFT diduga menjual dan bertransaksi dengan mata uang kripto.

"Berapa uang yang didapatkan ini juga kita belum bisa mendapatkan fakta secara jelas. Tapi pengakuannya sekali dia menjual data itu kurang lebih nilainya puluhan juta. Jadi tergantung orang-orang yang membeli data yang dia jual, melalui dark forum. Pada saat diperjualbelikan pelaku menerima pembayaran dengan menggunakan crypto currency," ujarnya.


2. Berselancar di Dark Web Sejak 2020

Berdasarkan hasil pemeriksaan, polisi mendapatkan fakta lain terkait sosok 'Bjorka' WFT tersebut. Pelaku ternyata sudah berselancar di dark web sejak 2020.

"Pelaku kita ini bermain di dark web tersebut, di mana di dark web tersebut yang bersangkutan sudah mulai mengeksplor sejak tahun 2020," kata Wakil Direktur Siber Direktorat Siber Polda Metro Jaya AKBP Fian Yunus kepada wartawan, Kamis (2/10).

Fian mengatakan WFT sempat beberapa kali mengubah username miliknya dari Bjorka menjadi SkyWave, ShinyHunter, hingga terakhir Opposite6890 pada Agustus 2025. Hal itu dilakukan untuk mengelabui aparat penegak hukum.

"Jadi tujuan pelaku melakukan perubahan nama ini adalah untuk menyamarkan dirinya, untuk menyamarkan dirinya dengan membuat menggunakan berbagai macam, tentunya e-mail atau nomor telepon atau apa pun itu sehingga yang bersangkutan sangat susah untuk dilacak oleh aparat penegak hukum," jelasnya.


3. Transaksi Pakai Kripto

AKBP Fian mengungkapkan pelaku menjual data korbannya senilai puluhan juta melalui dark web. Pelaku mengungkapkan jika harga data korban tergantung pembelinya yang ada di dark web.

"Berapa uang yang didapatkan ini juga kita belum bisa mendapatkan fakta secara jelas. Tapi pengakuannya sekali dia menjual data itu kurang lebih nilainya puluhan juta. Jadi tergantung orang-orang yang membeli data yang dia jual, melalui dark forum," kata Fian.

Fian menjelaskan WFT mengklaim mendapatkan data institusi luar negeri ataupun dalam negeri, perusahaan kesehatan, hingga perusahaan swasta untuk diperjualbelikan. Dia menuturkan pelaku diduga bertransaksi data ilegal di dark web dengan mata uang kripto.

"Pada saat diperjualbelikan pelaku menerima pembayaran dengan menggunakan crypto currency," imbuh Fian.

4. Sosok 'Borjka' Bukan Ahli IT

Fian mengatakan pelaku yang diduga hacker 'Bjorka' bukan ahli information technology (IT). Dia juga mengatakan WFT tidak tamat sekolah menengah kejuruan (SMK).

"Jadi yang bersangkutan ini bukan ahli IT, hanya orang yang tidak lulus SMK," kata Fian.

Fian mengatakan WFT belajar IT secara mandiri melalui media sosial (medsos). Dia menuturkan Bjorka mengaku mempelajari cara meng-hacker dari komunitas-komunitas yang ada di medsos.

"Namun sehari-hari secara otodidak dia selalu mempelajari IT, jadi dia mempelajari segala sesuatu itu hanya dari IT, melalui komunitas-komunitas media sosial," ujar Fian.


5. Kemungkinan Bocorkan Data

Polisi saat ini masih mendalami apakah WFT yang mengaku 'Bjorka' ini berkaitan dengan kebocoran data negara termasuk data sejumlah pejabat negara seperti mantan Menteri Marinvest Luhut Binsar Panjaitan, Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi).

"Mungkin (Bjorka yang membocorkan data), jawabannya saya bisa jawab 'mungkin', apakah Bjorka 2020, mungkin, apakah dia Opposite6890 yang dicari-cari, mungkin," pungkas Fian.

Sebagai informasi, hacker Bjorka sempat menjadi sorotan atas beberapa kasus. Salah satunya terkait dugaan kebocoran data 6 juta NPWP warga Indonesia, termasuk milik Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi).

Selain itu, hacker Bjorka sempat disorot usai membocorkan data pribadi beberapa pejabat negara. Dari mantan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, mantan Menko Polhukam Mahfud Md, hingga mantan Gubernur DKI Anies Baswedan.

Halaman 2 dari 3
(mea/lir)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads